Amartha Cetak Pemimpin Muda Perempuan Lewat Program Beasiswa dan Pendidikan Berbasis Komunitas

Abadikini.com, JAKARTA — Meskipun perempuan Indonesia memiliki peluang lebih besar untuk melanjutkan pendidikan tinggi dibanding laki-laki, dengan skor partisipasi sebesar 79,4%, namun tingkat keterwakilan perempuan di sektor ekonomi, termasuk posisi legislatif, pejabat senior, dan manajerial, masih berada di angka 49,4%. Capaian ini menunjukkan kemajuan, namun juga menjadi pengingat bahwa partisipasi perempuan di level pengambilan keputusan masih perlu diperkuat.
Sebagai bentuk kontribusi dalam mencetak generasi pemimpin perempuan masa depan, Amartha—perusahaan teknologi finansial inklusif yang sejak 2010 telah melayani lebih dari 3,3 juta pelaku UMKM di Indonesia—meluncurkan program Amartha STEAM Fellowship dan Amartha Frontier Fellowship melalui platform sosialnya, Amartha.org.
Program ini secara khusus menyasar mahasiswa perempuan di bidang STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics), termasuk mereka yang berasal dari wilayah terluar Indonesia. Melalui skema beasiswa ini, Amartha tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga membina semangat kontribusi sosial dan kepemimpinan akar rumput.
“Kami percaya para mahasiswa memiliki kepekaan tinggi terhadap tantangan yang terjadi di sekitarnya. Dengan adanya dukungan, mereka dapat menjadi agen perubahan yang menginspirasi banyak kalangan,” ujar Katrina Inandia, Head of Impact & Sustainability Officer Amartha dalam keterangan rilis Selasa (8/7/2025).
“Melalui program ini, kami ingin menciptakan pemimpin muda yang sadar akan pentingnya keberlanjutan dan mampu menghadirkan perubahan nyata bagi komunitas mereka,” tambahnya.
Setiap penerima beasiswa Amartha didorong untuk merancang dan menjalankan proyek sosial berbasis komunitas. Tujuannya adalah menciptakan ruang belajar alternatif yang relevan dan menjawab kebutuhan lokal. Program ini sekaligus menjadi bentuk penguatan kepemimpinan melalui aksi nyata di lapangan.
Menurut data PISA 2022, Indonesia berada di peringkat ke-70 dari 80 negara dalam capaian literasi dan numerasi—dengan skor literasi membaca 359, matematika 366, dan sains 383. Kondisi ini mendorong para penerima beasiswa untuk turut berkontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan dasar di komunitasnya.
Salah satunya adalah Evita Handayani, mahasiswa Teknologi Informasi Universitas Palangkaraya, yang menggagas komunitas Lentera Borneo Muda di Desa Pahandut. Di desa ini, banyak anak putus sekolah akibat keterbatasan ekonomi.
“Kami memberikan pelajaran dasar dan keterampilan hidup seperti daur ulang sampah plastik agar bisa dijual. Harapannya, anak-anak punya semangat belajar dan bisa mandiri secara ekonomi,” jelas Evita.
Sejak diluncurkan pada Mei 2025, kegiatan Lentera Borneo Muda telah diikuti oleh 20 anak dan didukung oleh para orangtua serta perangkat desa. Evita bersama 10 relawan lainnya menargetkan anak-anak ini untuk mengikuti program kejar paket dan pendidikan kesetaraan.
Sementara itu, Angela Puspa, mahasiswa Biologi Universitas Gadjah Mada, mengembangkan board game edukatif berbasis ular tangga untuk membantu siswa kelas 4 SDN Pogung Kidul belajar matematika dengan cara menyenangkan.
“Banyak anak menganggap matematika itu menakutkan. Kami ingin ubah itu jadi pengalaman bermain yang menyenangkan, sekaligus edukatif,” ujar Angela.
“Hasil uji coba sangat menggembirakan—anak-anak bahkan tidak ingin berhenti bermain,” tambahnya.
Program Amartha Fellowship ini menjadi bagian dari komitmen jangka panjang Amartha dalam mendorong kesetaraan gender, memperluas akses pendidikan, serta membangun kepemimpinan perempuan sejak usia muda.