Maduro Sebut AS Kirim Armada untuk Rampas Minyak Venezuela
Abadikini.com, JAKARTA – Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh Amerika Serikat (AS) tengah mempersiapkan invasi militer untuk merebut cadangan minyak terbesar di dunia milik Caracas. Tuduhan itu ia sampaikan dalam surat resmi kepada Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), dikutip Senin (1/12/2025).
Dalam surat yang dibacakan Wakil Presiden sekaligus Menteri Perminyakan Delcy Rodriguez dalam pertemuan virtual para menteri OPEC, Maduro meminta dukungan untuk menghentikan apa yang ia sebut sebagai “agresi yang semakin besar” dari Washington.
Maduro menilai pengerahan kekuatan militer besar-besaran AS di Laut Karibia bukan sekadar operasi kontra-narkoba seperti yang diklaim Washington, melainkan bagian dari upaya perubahan rezim. AS sebelumnya telah menetapkan jaringan yang dituduhkan sebagai “Kartel Matahari” sebagai organisasi teroris, menutup wilayah udara Venezuela, dan meningkatkan tekanan terhadap pemerintahannya.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa ia baru-baru ini berbicara melalui telepon dengan Maduro. Namun ia menolak memerinci isi percakapan itu, hanya menyebutnya sebagai “sekadar panggilan”.
Media Amerika melaporkan bahwa pembicaraan tersebut menyinggung potensi pertemuan maupun kemungkinan amnesti bila Maduro mundur. Seorang senator Partai Republik bahkan menyatakan Washington menawarkan Maduro kesempatan meninggalkan Venezuela menuju Rusia atau negara lain.
Sejak September, operasi udara AS yang disebut sebagai upaya memberantas penyelundupan narkoba telah menewaskan sedikitnya 83 orang di Laut Karibia dan Pasifik timur. Sejumlah pengamat mempertanyakan legalitas operasi itu karena tidak ada perang yang dideklarasikan.
Situasi kian memanas setelah laporan The Washington Post dan CNN menyebut Menteri Pertahanan Pete Hegseth memerintahkan “membunuh semua orang” dalam insiden serangan lanjutan. Trump membantah adanya perintah demikian dan mengatakan penyelidikan akan dilakukan.
Pengerahan kapal induk USS Gerald R Ford dan manuver jet tempur AS di sekitar kawasan membuat ketegangan meningkat. Meski enam maskapai menghentikan layanan ke Caracas, bandara utama Venezuela masih beroperasi normal.
Ketua legislatif Venezuela Jorge Rodriguez mengatakan ia telah bertemu keluarga korban tewas akibat serangan udara AS. Ia menyebut tindakan tersebut sebagai “pembunuhan di luar hukum”, mengingat tidak ada konflik bersenjata yang dinyatakan antar kedua negara.



