Ketegangan AS–China Meledak Lagi, Harga Minyak Dunia Ambruk di Pasar Global

Abadikini.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia terjun bebas hampir 4 persen pada penutupan perdagangan Jumat (10/10) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengancam akan menaikkan tarif impor terhadap China. Pernyataan keras itu langsung memicu kepanikan di pasar global yang sudah dibayangi kekhawatiran atas kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan energi dunia.
Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah Brent anjlok 2,49 dolar AS atau sekitar 3,82 persen ke level 62,73 dolar AS per barel posisi terendah sejak 5 Mei. Sementara itu, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) jatuh lebih dalam, turun 2,61 dolar AS atau 4,24 persen menjadi 58,90 dolar AS per barel, terendah sejak awal Mei tahun ini.
“Pasar minyak saat ini berada di titik jenuh tekanan. Ancaman tarif baru dari Trump terhadap China hanya memperparah sentimen negatif yang sudah ada,” ujar Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates, dikutip dari Reuters.
Gejolak harga ini terjadi di tengah tensi geopolitik yang kembali meninggi antara dua ekonomi terbesar dunia. Trump dijadwalkan bertemu Presiden China Xi Jinping dalam tiga minggu mendatang di Korea Selatan, namun rencana itu terancam batal.
Pemicunya adalah langkah Beijing pada Kamis (9/10) yang memperluas kontrol ekspor atas unsur tanah jarang—komponen vital dalam industri teknologi dan energi hijau. Tindakan itu dianggap sebagai manuver strategis China untuk menekan Washington.
Trump pun menuduh Beijing “menyandera ekonomi global” dan mengancam akan menerapkan tarif besar-besaran pada produk asal China jika kebijakan itu tidak dicabut.
Ketegangan baru ini menambah tekanan pada pasar energi global yang sudah rapuh. Para analis memperingatkan, jika perang dagang kembali memanas, permintaan minyak bisa turun signifikan di kuartal akhir 2025, sementara stok minyak dunia masih melimpah.
Pasar kini menantikan langkah konkret dari Washington dan Beijing dalam beberapa minggu mendatang. Namun jika eskalasi terus berlanjut, reli pemulihan harga minyak yang sempat terjadi pada awal tahun bisa terhenti total.