Diplomasi Tak Terduga: Trump Satukan Israel dan Hamas dalam Kesepakatan Gaza

Abadikini.com, JAKARTA – Langit politik Timur Tengah kembali bergeser. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, Israel dan Hamas sepakat menandatangani tahap awal rencana perdamaian yang digagas Amerika Serikat. Pengumuman mengejutkan itu disampaikan langsung oleh Presiden Donald Trump pada Rabu (8/10) melalui platform pribadinya, Truth Social.
“Israel dan Hamas telah menyetujui tahap pertama dari Rencana Perdamaian Gaza,” tulis Trump, sembari menegaskan bahwa kesepakatan ini membuka jalan bagi pembebasan sandera dan penarikan pasukan Israel dari wilayah Gaza. Ia menyebut langkah ini sebagai “permulaan menuju perdamaian yang sejati dan abadi.”
Trump tak lupa memuji peran para mediator, termasuk Turkiye, yang dianggap berkontribusi besar dalam menuntaskan negosiasi maraton tersebut. Ia menggambarkan peristiwa itu sebagai “momen bersejarah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam politik Timur Tengah.”
Hamas Lunak, Tapi Tetap Waspada
Sikap Hamas terhadap rencana ini mulai melunak sejak awal Oktober. Pejabat seniornya, Mousa Abu Marzouk, dalam wawancara dengan Al Jazeera, mengonfirmasi bahwa kelompoknya telah menyetujui secara prinsip usulan gencatan senjata yang diajukan Washington.
Namun, Abu Marzouk menegaskan pelaksanaannya masih memerlukan pembahasan mendalam, terutama terkait mekanisme pengawasan dan jaminan politik bagi rakyat Palestina. Ia juga menyinggung kesiapan Hamas menyerahkan kendali senjata kepada negara Palestina di masa depan — sebuah pernyataan yang jarang muncul dari barisan pimpinan Hamas.
“Nasib rakyat Palestina harus ditentukan oleh bangsa Palestina sendiri, bukan keputusan sepihak siapa pun,” ujarnya.
Gaza Zona Bebas Senjata
Rencana yang diluncurkan Gedung Putih pada 29 September lalu berisi peta jalan yang ambisius: gencatan senjata instan, rekonstruksi infrastruktur Gaza secara besar-besaran, dan pembentukan pemerintahan transisi yang akan diawasi lembaga internasional bentukan AS.
Dalam tahap pertama, seluruh sandera Israel akan dibebaskan dalam waktu 72 jam setelah kesepakatan berlaku. Sebagai gantinya, ratusan tahanan Palestina akan dilepaskan dari penjara Israel.
Jika skenario berjalan mulus, Gaza akan ditetapkan sebagai zona bebas senjata — sebuah konsep yang selama ini hanya menjadi wacana di forum diplomatik. Langkah itu juga akan membuka jalan bagi proses politik baru menuju pembentukan negara Palestina yang diakui secara internasional.
Ujian Politik Trump
Kesepakatan ini muncul di tengah sorotan tajam terhadap kebijakan luar negeri Trump yang selama ini dianggap kontroversial. Namun kali ini, ia berhasil memosisikan dirinya sebagai arsitek perdamaian yang mampu mempertemukan dua pihak paling berseteru di dunia modern.
Bagi banyak pengamat, kesepakatan Gaza bukan hanya ujian bagi Hamas dan Israel, tetapi juga ujian bagi kredibilitas Amerika Serikat dalam membuktikan bahwa diplomasi masih bisa bekerja di kawasan yang terbiasa dengan perang.
Apakah “Rencana Perdamaian Trump” ini benar-benar akan mengubah wajah Gaza, atau sekadar menjadi catatan manis sementara di atas meja perundingan jawabannya akan ditentukan oleh bulan-bulan mendatang.