Dunia Bungkam, Israel Usir Ratusan Aktivis Kemanusiaan Global Sumud Flotilla dari Gaza

Abadikini.com, JAKARTA – Israel mulai melakukan deportasi massal terhadap ratusan aktivis kemanusiaan peserta Global Sumud Flotilla yang ditangkap usai serangan militer di laut lepas. Menurut Pusat Hukum untuk Hak Minoritas Arab di Israel (Adalah), sekitar 170 aktivis telah dikirim keluar wilayah Israel pada Senin (6/10), menyusul penahanan mereka sejak pekan lalu.
Dalam pernyataan yang dirilis Minggu (5/10) malam, Adalah menyebut Dinas Penjara Israel (IPS) telah memberi pemberitahuan resmi kepada tim hukum tentang rencana deportasi tersebut. Namun, otoritas tidak menjelaskan identitas, kewarganegaraan, atau negara tujuan para aktivis.
Selama beberapa hari terakhir, Israel telah mengusir ratusan aktivis secara bertahap. Sebagian besar dikirim ke Istanbul, sementara kelompok kecil lainnya diterbangkan ke Italia dan Spanyol.
Adalah mengkritik pembatasan akses bagi pengacara yang berulang kali gagal menemui klien mereka, termasuk pada jadwal kunjungan Sabtu (4/10). Akses baru diberikan setelah adanya tekanan hukum dan diplomatik dari sejumlah kedutaan besar. Bahkan, obat-obatan dan bantuan medis baru diizinkan masuk setelah melalui negosiasi panjang.
Dalam kunjungan terbatas berdurasi 30 menit, pengacara hanya berhasil menemui 11 aktivis asal Tunisia yang tengah mogok makan sebagai bentuk protes atas penahanan mereka. Banyak aktivis lain juga menolak makan karena dugaan kekerasan dan perlakuan kasar selama pemindahan dari pelabuhan Ashdod ke Penjara Ketziot di Gurun Negev.
“Para aktivis melaporkan adanya kekerasan luas dan perlakuan tidak manusiawi selama proses pemindahan dan penahanan awal,” tulis Adalah.
Lembaga tersebut menyebut kondisi para tahanan kini relatif stabil, namun situasi kesehatan mereka tetap mengkhawatirkan, terutama bagi yang menolak makan dan tidak mendapat perawatan medis layak. Adalah menegaskan akan terus menuntut akses hukum penuh serta jaminan terhadap hak-hak dasar para aktivis hingga seluruh proses deportasi berakhir.
Serangan terhadap Global Sumud Flotilla terjadi pada Rabu (1/10), ketika pasukan Israel menahan lebih dari 470 aktivis dari 50 negara yang berupaya menembus blokade laut Gaza. Armada tersebut membawa bantuan kemanusiaan bagi penduduk yang telah hidup di bawah pengepungan selama hampir 18 tahun.
Sejak agresi militer pada Oktober 2023, lebih dari 67.000 warga Palestina tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak. Blokade yang terus diberlakukan membuat Gaza semakin hancur — tanpa listrik, air bersih, atau fasilitas medis memadai — menjadikannya salah satu wilayah paling tidak layak huni di dunia.