Golkar Ala Bahlil: Bukan Partai Oposisi, Tapi Mitra Abadi Setiap Rezim

Abadikini.com, JAKARTA – Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, kembali melontarkan pernyataan bernada jenaka namun sarat makna politik. Ia menyamakan Golkar dengan Teh Sosro, minuman legendaris yang diklaim cocok untuk segala jenis makanan.
“Golkar itu harus seperti Teh Sosro. Apa pun makanannya, minumannya Teh Sosro. Apa pun pemerintahannya, Golkarnya tetap ada,” kata Bahlil disambut tawa peserta Diklat Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Jumat (3/10/2025) malam.
Bahlil menegaskan, Golkar tidak memiliki DNA sebagai partai oposisi. Menurutnya, sejak awal didirikan, partai berlambang pohon beringin itu hadir sebagai instrumen politik yang menopang pemerintahan, bukan menentangnya.
“Secara historis, Golkar ini dilahirkan untuk membantu pemerintah mewujudkan cita-cita proklamasi berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. Jadi, tidak ada budaya oposisi di Golkar,” ujar Bahlil yang juga menjabat sebagai Menteri ESDM.
Ia mencontohkan, setiap kali ada ketua umum Golkar yang mencoba mengambil posisi oposisi, langkah itu tak pernah bertahan lama. “Itu sudah berkali-kali terjadi. Mau uji nyali jadi oposisi? Enggak bisa, bos,” kelakarnya.
Secara historis, pernyataan Bahlil ada benarnya. Golkar memang sempat mencoba menjadi oposisi di awal pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla pada 2004–2009, tapi hanya bertahan kurang dari setahun. Hal serupa juga terjadi di periode awal Joko Widodo – Jusuf Kalla pada 2014–2019, sebelum akhirnya Golkar kembali bergabung ke koalisi pemerintah pada 2016.
Dalam kesempatan itu, Bahlil juga menyoroti pentingnya regenerasi di tubuh partai. Ia meminta AMPG untuk menjadi motor penggerak dalam menarik dukungan pemilih muda menjelang Pemilu 2029.
“Sekitar 75 persen pemilih di Pemilu 2029 adalah anak muda berusia 17–34 tahun. Tidak ada satu pun partai di dunia yang bisa bertahan tanpa peran mereka. Anak muda itu pembaharu, penggerak, dan penentu masa depan partai,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Umum AMPG Said Ali Al Idrus menargetkan rekrutmen besar-besaran menjelang Pemilu mendatang. Ia menyebut, AMPG akan turun langsung ke 38 provinsi untuk merekrut 200 kader utama di setiap daerah, atau total 7.600 kader provinsi.
Selain itu, AMPG juga berencana mencetak 150 kader utama di setiap kabupaten/kota, menghasilkan sekitar 62.000 kader tingkat daerah. Tidak berhenti di situ, di setiap kecamatan akan dibentuk 50 kader utama, yang bila dikalikan dengan 7.274 kecamatan di seluruh Indonesia akan menghasilkan lebih dari 360 ribu kader.
“Semua ini bukan euforia, tapi perhitungan rasional. AMPG harus jadi benteng terdepan Partai Golkar untuk menjadikannya semakin diminati masyarakat,” ujar Said Ali optimistis.
Dengan strategi tersebut, Golkar di bawah kepemimpinan Bahlil tampaknya sedang menyiapkan langkah panjang—bukan hanya untuk bertahan, tapi juga memastikan dirinya tetap “seperti Teh Sosro”: selalu hadir di setiap rezim dan selalu punya tempat di meja kekuasaan.