Reuni Enrique di Kandang Barca, PSG Siap Ukir Sejarah Baru di Liga Champions

Abadikini.com, JAKARTA – Luis Enrique akan kembali menapaki jejak lamanya ketika Paris Saint-Germain (PSG) bertandang ke markas Barcelona dalam laga kedua Liga Champions 2025/2026 di Stadion Olimpiade Lluis Companys, Kamis (2/10) dini hari WIB. Namun kepulangan sang pelatih bukan sekadar reuni, melainkan duel dengan sejarah panjang yang penuh drama.
Enrique menilai gaya bermain PSG dan Barcelona nyaris serupa: agresif merebut bola, menekan, dan membangun serangan cepat. “Kedua tim memang mirip, tetapi kuncinya adalah bagaimana segera merebut kembali bola,” ujarnya di laman resmi PSG Rabu (1/10).
Ia pun mengakui bahwa lawan yang akan dihadapi dipimpin oleh pelatih yang sudah lama dikenalnya, dengan pemain-pemain yang tentu tak ingin kehilangan muka di depan publik sendiri.
Rekor Manis dan Luka Lama di Camp Nou Les Parisiens punya catatan apik dalam dua lawatan terakhirnya ke Barcelona. Mereka sukses pulang dengan kemenangan 4-1 pada musim 2020/2021 dan kembali mengulang hasil positif di musim 2023/2024. Dua hasil itu membuat PSG percaya diri menatap laga dini hari nanti.
Namun ingatan pahit tak bisa dihapus begitu saja. Tahun 2017 menjadi luka kolektif PSG ketika mereka dipermalukan 1-6 di babak 16 besar. Meski menang besar 4-0 di leg pertama, mereka justru tersingkir karena kalah agregat 5-6. Kekalahan itu hingga kini dianggap sebagai salah satu momen terkelam dalam sejarah klub Paris.
Enrique memahami betul betapa pentingnya kesiapan mental di pertandingan sebesar ini. “Untuk menang, kami harus bermain baik secara sepak bola sekaligus kuat secara mental. Pertandingan ini spesial untuk kedua tim,” tegasnya.
Pulang ke Tanah yang Membesarkannya
Bagi Enrique, laga ini jauh lebih personal. Stadion Lluis Companys mungkin bukan Camp Nou, tetapi tetap menyimpan memori tersendiri. Ia pernah tampil di sana pada Olimpiade 1992, sebuah pengalaman yang ia sebut “istimewa”. “Saya senang kembali, ini rumah saya. Sebagian besar karier saya, baik sebagai pemain maupun pelatih, saya habiskan di sini,” katanya.
Barcelona memang bukan sekadar klub biasa baginya. Enrique berseragam Blaugrana selama delapan musim sejak 1996, mencatat 108 gol dan 40 assist dalam 300 penampilan, serta mempersembahkan tujuh gelar utama, termasuk tiga trofi Liga Spanyol. Ketika beralih menjadi pelatih pada 2014–2017, ia menjelma arsitek yang membawa Barca ke puncak kejayaan, termasuk treble winners 2014/2015 bersama trio legendaris Messi-Suárez-Neymar.
Kini, Enrique kembali dengan warna berbeda. Ia datang bukan untuk menambah cerita manis Barca, melainkan mencoba menuliskan bab baru bersama PSG. Pertanyaannya: akankah nostalgia melemahkan langkahnya, atau justru jadi energi tambahan untuk meruntuhkan tembok Barcelona sekali lagi?