Bamsoet: Abolisi Tom Lembong dan Amnesti Hasto Kristiyanto, Bukti Prabowo Pemimpin Pemersatu

Abadikini.com, JAKARTA – Anggota Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo atau akrab disapa Bamsoet memuji langkah Presiden Prabowo Subianto yang memberikan abolisi kepada mantan Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan amnesti kepada Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto. Menurutnya, keputusan ini bukan sekadar kebijakan hukum, melainkan simbol kuat kepemimpinan yang merangkul, bukan mengucilkan.
“Abolisi dan amnesti ini mencerminkan penggunaan kekuasaan dengan cara yang berani dan beradab. Presiden tidak memilih jalan konfrontatif, tetapi merentangkan tangan untuk menyatukan,” ujar Bamsoet di Jakarta, Jumat (8/8/2025).
Ia menilai, langkah tersebut menunjukkan keberanian moral dan visi kenegaraan jangka panjang. Bagi Bamsoet, Prabowo tidak sedang menjalankan politik balas dendam atau membangun blok kekuasaan baru, melainkan sedang menata ulang fondasi persatuan elite nasional dalam menghadapi kompleksitas zaman.
Pemberian abolisi kepada Tom Lembong dibaca sebagai sinyal terbuka terhadap kalangan profesional independen yang selama ini kritis terhadap kekuasaan. Sementara amnesti untuk Hasto Kristiyanto dinilai sebagai ajakan tulus kepada PDI Perjuangan, partai oposisi utama, untuk turut serta dalam dialog kebangsaan yang konstruktif.
“Ini bukan kompromi politik. Ini adalah upaya konsolidasi nasional yang cerdas. Presiden sadar bahwa untuk menjaga arah pembangunan menuju Indonesia Emas 2045, kita membutuhkan sinergi semua kekuatan, termasuk mereka yang pernah berada di seberang,” tegas mantan Ketua DPR RI itu.
Bamsoet mengingatkan, dalam sejarah Indonesia, rekonsiliasi nasional telah menjadi kunci kebangkitan politik. Ia menyitir langkah Presiden BJ Habibie pada 1999 yang membebaskan tahanan politik Orde Baru sebagai contoh nyata. “Itu adalah titik awal konsolidasi demokrasi pasca-reformasi. Kini, Prabowo mengambil tongkat estafet itu dalam konteks baru: menghadapi tantangan global dan disrupsi internal.”
Di tengah turbulensi geopolitik dunia dan polarisasi domestik, kata Bamsoet, keputusan Prabowo menunjukkan bahwa kekuasaan sejati tidak dilihat dari siapa yang ditaklukkan, melainkan dari siapa yang dirangkul dan disatukan.
“Pengampunan adalah bentuk tertinggi dari kekuasaan. Dalam sejarah dunia, Abraham Lincoln pun menolak mendiskriminasi bekas lawannya setelah Perang Sipil AS. Kini, Prabowo memilih menjadi pemersatu bangsa, bukan penjaga sekat-sekat perbedaan,” tandasnya.