Kim Yo Jong Tegaskan: Korsel Tak akan Pernah Jadi Mitra Rekonsiliasi Korut

Abadikini.com, PYONGYANG – Korea Utara (Korut) secara tegas menolak ajakan dialog dari Korea Selatan, dalam pernyataan resmi pertamanya sejak Presiden Lee Jae Myung dilantik awal Juni lalu. Pernyataan keras itu disampaikan langsung oleh Kim Yo Jong, adik pemimpin tertinggi Kim Jong Un, sekaligus salah satu figur paling berpengaruh di rezim Pyongyang.
Dalam pernyataan yang dirilis Korean Central News Agency (KCNA) pada Senin (28/7), Kim Yo Jong menyebut pemerintahan baru Korea Selatan tidak berbeda dengan rezim sebelumnya, dan menyindir keras kebijakan luar negeri Seoul yang dinilai “naif” dan “konfrontatif”.
“Apa pun kebijakan yang diambil atau usulan yang dibuat di Seoul, kami tidak tertarik,” tegas Kim Yo Jong.
Ia menyebut pemerintahan Presiden Lee masih terjebak dalam “kepercayaan buta” terhadap aliansi dengan Amerika Serikat, serta menuding Seoul terus mencoba berkonfrontasi dengan Pyongyang, sama seperti pendahulunya, Yoon Suk Yeol.
Tak Anggap Korsel Sebagai Mitra Damai
Lebih lanjut, Kim Yo Jong menegaskan bahwa Korea Selatan “tidak akan pernah” menjadi mitra rekonsiliasi atau kerja sama yang layak bagi Korea Utara. Ia menganggap langkah-langkah Seoul sejauh ini hanya kosmetik dan penuh ilusi.
Sebagai contoh, ia menyinggung keputusan Presiden Lee yang baru-baru ini memerintahkan militer Korea Selatan untuk menghentikan siaran propaganda menggunakan pengeras suara di sepanjang perbatasan. Langkah ini sebelumnya disebut sebagai upaya meredakan ketegangan.
Namun, Kim menyebut kebijakan itu bukan bentuk goodwill, melainkan hanya “pembalikan sementara” dari kebijakan yang “tidak seharusnya dilakukan sejak awal.”
“Itu bukan sesuatu yang patut diapresiasi. Korea Selatan salah besar jika mengira bisa menghapus dampak dari konfrontasi hanya dengan kata-kata sentimental,” cetusnya.
Kim Yo Jong Sindir Keras Rencana KTT APEC
Pernyataan Kim Yo Jong juga menanggapi rumor di media Korea Selatan yang menyebut kemungkinan Kim Jong Un diundang ke KTT APEC yang akan digelar di Gyeongju pada November mendatang.
Dengan nada sinis, Kim menyebut Presiden Lee sedang “bermimpi di siang bolong” jika berpikir Korea Utara akan menghadiri forum internasional yang diselenggarakan Korea Selatan.
“Pemikiran seperti itu hanya menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap realitas politik. Itu tidak lebih dari lamunan kosong,” katanya.
Presiden Lee Hadapi Ujian Diplomasi
Presiden Lee Jae Myung, yang menggantikan Yoon Suk Yeol bulan lalu, mewarisi ketegangan tinggi di Semenanjung Korea. Salah satu langkah awalnya adalah meredakan situasi dengan menghentikan siaran pengeras suara yang memicu kemarahan Pyongyang di masa lalu.
Namun, pernyataan terbaru dari Kim Yo Jong menunjukkan bahwa terobosan diplomatik masih jauh dari harapan. Dengan Pyongyang yang kembali bersikap keras, Presiden Lee tampaknya harus menghadapi realitas bahwa membangun dialog lintas perbatasan bukan sekadar soal gestur damai.