Serangan AS Lumpuhkan Nuklir Iran, Trump: Akan Kami Ulangi!

Abadikini.com, TEHERAN – Iran mengakui fasilitas nuklirnya porak-poranda dihantam rudal Amerika Serikat (AS), tapi bersumpah tak akan tunduk.
Dalam wawancara eksklusif dengan Fox News pada Senin (21/7), Menteri Luar Negeri Iran Seyed Abbas Araghchi mengungkapkan bahwa tiga situs pengayaan nuklir utama negaranya—Natanz, Fordow, dan Isfahan—mengalami kerusakan serius akibat gempuran udara AS pada 22 Juni lalu.
“Fasilitas kami mengalami kerusakan serius. Tingkat kerusakannya sedang dievaluasi oleh Organisasi Energi Atom Iran,” kata Araghchi melalui sambungan video. Ia tak menutupi kapabilitas pengayaan uranium Iran lumpuh total.
Namun di balik kehancuran itu, tekad Iran justru mengeras. “Kami tidak boleh menyerah. Program pengayaan nuklir adalah simbol pencapaian ilmuwan kami, dan lebih dari itu—ini soal harga diri bangsa!” tegas Araghchi.
Trump Membalas: ‘Semuanya Hancur!’
Pernyataan Araghchi segera memicu reaksi dari mantan Presiden AS Donald Trump. Melalui platform Truth Social pada Senin (21/7) malam, Trump membanggakan keberhasilan serangan AS.
“Tentu saja! Dan kami akan melakukannya lagi jika diperlukan!” tulis Trump, seolah mengejek dan mengancam kelanjutan agresi.
Serangan udara AS itu disebut-sebut sebagai balasan atas rangkaian konflik berdarah antara Israel dan Iran yang berlangsung 13–24 Juni. Konflik memuncak ketika Israel meluncurkan serangan besar-besaran ke wilayah Iran, menargetkan fasilitas militer dan ilmuwan nuklir, yang menewaskan sejumlah tokoh penting serta warga sipil.
Iran membalas. Serangkaian rudal dan drone dikirim ke jantung wilayah Israel, memicu eskalasi besar yang akhirnya diredam melalui gencatan senjata pada 24 Juni. Namun dampaknya jauh dari usai.
Negosiasi Nuklir Gagal Total
Putaran keenam perundingan nuklir antara AS dan Iran yang dijadwalkan di Oman pada 15 Juni—tepat di tengah kobaran konflik—dibatalkan. Harapan untuk meredakan ketegangan nuklir kini nyaris musnah.
Tak hanya itu, akhir Juni lalu Senat AS menolak resolusi yang akan membatasi wewenang presiden untuk menyerang Iran tanpa izin Kongres. Artinya, presiden AS—siapapun dia—masih bisa menekan tombol serangan kapan saja.
Pengayaan Nuklir Jadi Simbol Perlawanan
Meski tengah terseok, Iran bersikeras bangkit. Bagi mereka, pengayaan uranium bukan lagi sekadar proyek ilmiah, tapi simbol nasionalisme dan perlawanan.
“Pengayaan adalah harga diri kami,” ucap Araghchi. Pernyataan itu terdengar bukan sekadar defensif, tapi sinyal Iran tak akan mundur.