Trump Menyerang BRICS, Indonesia Masuk Daftar Sanksi Dagang

Abadikini.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan ancaman keras terhadap 11 negara anggota BRICS, termasuk Indonesia, setelah kelompok tersebut mengecam kebijakan perdagangan dan aksi militer AS dalam KTT BRICS di Rio de Janeiro.
Melalui pernyataan di platform Truth Social pada Minggu malam (6/7) waktu AS, Trump menegaskan bahwa negara mana pun yang berpihak pada BRICS akan dikenai tarif tambahan.
“Negara mana pun yang berpihak pada agenda perdagangan anti-Amerika dari BRICS akan dikenakan TARIF TAMBAHAN sebesar 10 persen. Tidak ada pengecualian,” tulis Trump, dikutip dari AFP Senin (6/7/2025).
Pernyataan keras ini muncul setelah BRICS mengeluarkan pernyataan bersama yang menyuarakan “keprihatinan serius terhadap meningkatnya tindakan tarif sepihak” yang dinilai merusak stabilitas perekonomian global. Selain itu, BRICS juga secara simbolis mengecam serangan militer Amerika Serikat dan Israel terhadap fasilitas nuklir di Iran.
Mengutip laporan Reuters, seorang pejabat senior di Gedung Putih menyebutkan bahwa tarif ini adalah bagian dari visi kebijakan “America First” versi baru yang akan diperkuat menjelang Pemilu AS 2026.
“Presiden sangat serius ingin mengoreksi praktik perdagangan yang tidak adil. Negara-negara yang terlibat dalam permusuhan ekonomi terhadap AS akan menghadapi konsekuensinya,” ujar pejabat tersebut kepada Reuters.
Indonesia yang resmi menjadi anggota BRICS sejak awal 2025, turut masuk dalam daftar negara yang bisa terdampak tarif ini. Langkah ini merupakan inisiatif kebijakan luar negeri Presiden Prabowo Subianto di tahun pertamanya menjabat.
“Masuknya Indonesia ke BRICS adalah inisiatif langsung Presiden Prabowo, dan seluruh anggota menyambutnya dengan antusias,” kata Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya beberapa waktu lalu.
Presiden Prabowo sendiri hadir langsung dalam KTT BRICS di Brasil, menandai keterlibatan perdana Indonesia sebagai anggota penuh dan negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dalam kelompok tersebut.
Sementara itu, dikutip dari Channel NewsAsia, meskipun negara-negara anggota BRICS kerap berbeda pandangan dalam banyak isu, mereka sepakat dalam menentang sikap AS yang berubah-ubah, serta kebijakan perang tarif yang dinilai merugikan.
Jika ancaman tarif ini benar-benar diterapkan, maka ekspor Indonesia ke pasar Amerika Serikat mulai dari produk tekstil, furnitur, hingga elektronik—berisiko dikenai bea masuk tambahan 10 persen. Situasi ini dinilai para ekonom bisa memukul neraca perdagangan Indonesia.