Tanda Kiamat dari Hutan: Daun Mengering, Pohon Mulai Mati

Abadikini.com, JAKARTA – Ketika dunia sibuk bertikai, tanda-tanda kehancuran planet justru kian nyata dan kali ini, sinyalnya datang dari daun-daun di hutan.
Penelitian terbaru memperingatkan bahwa sejumlah pohon di hutan tropis telah melewati batas suhu kritis yang mengganggu proses fotosintesis. Sebuah alarm keras bahwa Bumi sedang menuju titik balik yang berbahaya.
Hutan tropis, yang dikenal sebagai paru-paru Bumi, kini berada di ambang gagal fungsi. Proses fotosintesis yang selama ini menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen terancam lumpuh akibat panas ekstrem. Ini bukan sekadar perubahan iklim, ini adalah awal dari potensi keruntuhan ekosistem global.
Peneliti Gregory Goldsmith dari Chapman University dan timnya menemukan bahwa sebagian kecil daun di hutan Brasil, Puerto Rico, Panama, dan Australia telah menembus suhu kritis 46,7°C. Sekilas terlihat minor, hanya 0,01% daun. Namun, ini bisa menjadi “canary in the coal mine” bagi kehancuran yang lebih luas.
Sensor NASA ECOSTRESS dan validasi dari perangkat di puncak pohon menunjukkan bahwa suhu kanopi bisa melonjak hingga 40°C saat musim kering. Ketika suhu ini terus meningkat, pohon menutup stomatanya untuk menghemat air ironisnya, mekanisme pertahanan ini justru membuat daun tidak bisa mendinginkan diri, hingga akhirnya rusak.
Lebih buruk lagi, sains masih belum benar-benar memahami alasan pasti pohon mati karena panas dan kekeringan. Namun simulasi memperkirakan bahwa jika suhu global meningkat melewati ambang 3,9°C, seluruh hutan tropis bisa kolaps. Fotosintesis berhenti, daun mengering, dan pohon-pohon akan mati satu per satu. Sebuah skenario kiamat ekologis.
Para peneliti menekankan bahwa ini bukan skenario fiksi ilmiah. Ini adalah proyeksi nyata berdasarkan data. Jika emisi gas rumah kaca tidak ditekan, dan deforestasi terus dibiarkan, kehancuran hutan tropis tinggal menunggu waktu.
Kita bisa sibuk memperdebatkan perang, politik, dan kekuasaan. Tapi jika Bumi tumbang, semua itu tidak berarti. Perubahan iklim adalah isu kelangsungan hidup. Tanpa hutan, tanpa udara bersih, tanpa ekosistem, tidak ada tempat lagi untuk berdamai. Karena tidak akan ada lagi yang hidup untuk melakukannya.
“Meskipun masih jarang, temperatur ekstrem bisa berdampak bencana kepada fisiologi daun. Bisa digolongkan sebagai peristiwa berdampak luar biasa dengan probabilitas rendah,” tulis laporan penelitian yang dikutip pada Sabtu (5/7/2025).