Negeri Ijazah Tanpa Pikiran: Saat Kampus Menjadi Pabrik Kepalsuan

Abadikini.com, JAKARTA – Indonesia resmi menyandang gelar yang “membanggakan” negara kedua paling tidak jujur dalam integritas akademik di dunia. Bukan hoaks, tapi hasil laporan internasional. Ironisnya, nyaris tak ada yang terkejut. Seperti sudah biasa saja karena memang mungkin sudah biasa.
Bagi akademisi dan pengamat politik Rocky Gerung, krisis ini bukan sekadar statistik muram, tapi cermin retak yang memperlihatkan wajah asli bangsa ini: elitenya gemar pura-pura pintar, kampusnya rajin jualan gelar.
Lewat kanal YouTube-nya dilansir Jumat (4/7/2025) Rocky menyebut bahwa keruntuhan moral akademik dimulai dari atas: dari para pemimpin yang mencintai ijazah tapi malas berpikir.
“Universitas Indonesia, misalnya dipermalukan oleh skandal akademik Bahlil yang sampai sekarang disapu ke bawah karpet. Seorang menteri bisa melenggang dengan gelar doktor, sementara publik bertanya-tanya: siapa yang sebenarnya pantas diuji mahasiswanya, atau para pengujinya” kritik Rocky.
Rocky tak segan menyebut bahwa para dosen dan petinggi kampus meloloskan disertasi tanpa integritas, seperti menyetujui makalah anak SMA yang diketik tengah malam. Moral? Tidak ada. Standar akademik? Hanya formalitas di atas kertas.
Tak hanya UI yang babak belur. Universitas Gadjah Mada, yang dulu dielu-elukan sebagai benteng ilmu pengetahuan, kini malah bungkam ketika diminta menjelaskan asal-usul ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo. Ijazah yang anehnya masih misterius meski negara ini konon punya sistem arsip yang canggih.
“UGM tidak bisa membuktikan bahwa ijazah itu betul-betul sudah di-screening,” ujar Rocky, dengan nada yang nyaris kasihan.
“Kalau kampus sebesar itu tak sanggup verifikasi dokumen, jangan-jangan yang mereka hasilkan bukan sarjana, tapi hanya kenangan” tambahnya.
Menurut Rocky, Indonesia hari ini dibangun di atas lapisan kebohongan akademik, tempat gelar lebih penting dari logika, dan seminar lebih laku daripada pikiran jernih. Sebuah negeri di mana ijazah bisa dicetak, tapi kejujuran akademik harus diimpor.
“Akhirnya publik menyimpulkan bahwa negeri ini tidak punya etika dalam berpikir,” kata Rocky. “Dan kita tidak punya kemewahan untuk mengatakan: saya ingin diuji dengan jujur.” bebernya.
Sebagai penutup, Rocky melontarkan kalimat yang kini viral dan menyayat nalar intelektual bangsa.
“Ijazah itu hanya tanda seseorang pernah sekolah bukan tanda dia pernah berpikir, dan sayangnya, di negeri ini, berpikir dianggap kegiatan subversif” tutupnya.