Israel Seret AS ke Perang Dunia III, Senjata Nuklir Siap Digunakan?

Abadikini.com, JAKARTA – Mantan penasihat Pentagon sekaligus Kolonel Purnawirawan Douglas Macgregor memperingatkan bahwa perang dengan Iran berpotensi menyeret Amerika Serikat (AS) ke dalam Perang Dunia III. Israel dilaporkan telah meminta bantuan AS untuk serangan-serangan selanjutnya terhadap Iran.
“Perang dengan Iran sangat mungkin membawa Amerika Serikat langsung ke Perang Dunia III. Mari kita hindari ini!” tulis Macgregor dalam unggahannya di platform X, Minggu (15/6/2025).
Sebelumnya, Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat, Tulsi Gabbard, juga menyatakan, bahwa dunia kini berada dalam kondisi “paling dekat” menuju kehancuran akibat perang nuklir. Ia menyerukan kepada negara-negara pemilik senjata nuklir untuk menempuh jalan perlucutan senjata dan menghindari peningkatan ketegangan global.
Dalam sebuah video yang diunggah di platform X, Gabbard menceritakan kunjungannya baru-baru ini ke Kota Hiroshima, Jepang — lokasi pertama dalam sejarah yang dijatuhi bom atom oleh AS pada tahun 1945. Ia mengakui dampak mengerikan dari serangan nuklir tersebut terhadap umat manusia.
“Pengalaman ini akan terus membekas dalam diri saya… Hari ini, kita berada lebih dekat dari sebelumnya ke jurang kehancuran nuklir, sementara para elite politik dan penyulut perang dengan sembrono menebar ketakutan dan meningkatkan ketegangan antarnegara pemilik senjata nuklir,” kata Gabbard.
“Maka, saatnya kita, rakyat bersuara dan menuntut kegilaan ini berakhir. Kita harus menolak jalan menuju perang nuklir dan bekerja menuju dunia di mana tak seorang pun hidup dalam bayang-bayang bencana nuklir,” tegasnya.
Menurut perkiraan terbaru para peneliti nuklir, jumlah hulu ledak nuklir yang siap digunakan di seluruh dunia meningkat dari 9.583 pada 2024 menjadi 9.615 pada 2025. Sementara itu, total jumlah hulu ledak nuklir global kini mencapai 12.340 unit.
Hingga Juni 2025, terdapat sembilan negara yang diketahui memiliki hulu ledak nuklir yang dapat digunakan: Rusia, Amerika Serikat, China, Prancis, Inggris, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara.
Sebelumnya, pada Jumat (13/6/2025) dini hari, Angkatan Bersenjata Israel (IDF) melancarkan operasi besar-besaran terhadap Iran. Angkatan Udara Israel menyerang target militer dan fasilitas program nuklir. Otoritas Israel mengatakan bahwa operasi itu ditujukan untuk mencegah ancaman terhadap keberadaan negara zionis tersebut.
Menurut militer dan intelijen Israel, Iran telah mendekati “titik yang tidak bisa dikembalikan” dalam menciptakan senjata nuklir dalam waktu singkat.
Menurut media Iran, sejumlah pejabat tinggi militer dan ilmuwan nuklir Iran gugur dalam serangan tersebut. Serangan itu juga menargetkan fasilitas nuklir di Natanz, Fordow dan Isfahan, dan pangkalan militer Iran di barat laut negara itu.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut serangan terhadap Iran sebagai kejahatan dan mengatakan bahwa Israel akan menghadapi “nasib yang pahit dan mengerikan”.
Sebagai respons, Iran telah meluncurkan Operasi True Promise 3 sebagai tanggapan atas serangan IDF. Gelombang serangan rudal bertubi-tubi pun kemudian menghantam wilayah Israel termasuk Tel Aviv.
Teheran secara resmi telah memberi tahu Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris bahwa mereka akan melakukan serangan yang lebih besar di wilayah Israel. Presiden Iran Masoud Pezeshkian, Sabtu (14/6/2025), pun memberikan peringatan kepada Israel akan tanggapan yang lebih keras dari Angkatan Bersenjata Iran jika negara itu melanjutkan serangannya terhadap Republik Islam tersebut.
Mengacu pada respons Iran pada Sabtu malam terhadap serangan dan agresi rezim Zionis, Pezeshkian mengatakan, “Tentu saja, jika Republik Islam tidak mampu mempertahankan diri terhadap rezim kriminal dan pembunuh anak ini, kami harus menyaksikan agresinya terhadap tanah kami dan pembantaian rakyat dan ilmuwan kami setiap hari.”
“Namun, Republik Islam mampu menjatuhkan beberapa peralatan rezim Zionis yang diklaim siluman dan kebal dengan kekuatan. Jika Zionis bermaksud mengulangi agresi mereka, mereka akan menghadapi respons yang lebih keras dan lebih kuat dari angkatan bersenjata Iran.” tambahnya.
Pezeshkian mengatakan bahwa serangan itu dengan jelas menunjukkan mengapa Iran harus memperkuat kemampuan pertahanan negaranya.
“Republik Islam Iran selalu berusaha untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan di kawasan dan dunia, tetapi insiden-insiden seperti itu membuktikan bahwa tanpa kemampuan pertahanan yang kuat, kami dapat menjadi sasaran serangan rezim kriminal dan pembunuh,” katanya.
Israel dilaporkan telah meminta Amerika Serikat (AS) untuk bergabung dalam serangkaian serangan terbaru terhadap Iran. Menurut laporan Axios, mengutip beberapa sumber Israel, Minggu (15/6/2025), Israel tak memiliki kemampuan untuk menembus kompleks pengayaan uranium Iran di Fordow yang terletak di bawah pegunungan, sehingga membutuhkan bantuan AS.
AS Membantah Terlibat
Seorang pejabat AS, menurut Axios, mengonfirmasi bahwa Washington diminta Israel untuk bergabung dalam operasi militer, namun pemerintah Donald Trump enggan mempertimbangkannya. Sementara, mengutip keterangan sumber Israel, Axios melaporkan, bahwa sebelumnya Presiden Donald Trump mengatakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kemungkinan partisipasi AS jika diperlukan.
Namun demikian, seorang pejabat Gedung Putih membantah laporan Axios itu. Washington telah berulang kali menegaskan, bahwa Israel bertindak sendirian dalam operasi militer terhadap Iran.
Presiden AS Donald Trump membantah keterlibatan AS dalam serangan Israel terhadap Iran. Tetapi, Trump memperingatkan akan ada balasan besar jika Iran menyerang kepentingan AS di kawasan Timur Tengah.
“AS tak ada sangkut pautnya dengan serangan ke Iran, malam ini,” kata Trump di platform Truth Social pada Minggu (15/6) seraya mengeluarkan peringatan keras.
“Jika kami diserang dalam bentuk apa pun oleh Iran, seluruh kekuatan militer Amerika Serikat akan menghantam kalian pada level yang belum pernah terlihat sebelumnya.”
Meski mengancam, Trump tetap membuka peluang bagi penyelesaian damai. “Kami bisa dengan mudah mencapai kesepakatan antara Iran dan Israel, dan mengakhiri konflik berdarah ini!!!” katanya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Oman mengumumkan pembatalan putaran keenam negosiasi nuklir secara tidak langsung antara Iran dan AS yang sedianya digelar di Muscat pada Ahad. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, Sabtu (14/6/2025), mengatakan bahwa kelanjutan perundingan tidak langsung Iran-AS di tengah kebiadaban Israel adalah “tidak dapat dibenarkan.”
Dalam panggilan telepon dengan Perwakilan Tinggi Uni Eropa (EU) untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Kaja Kallas, Menlu Iran itu menganggap agresi rezim Israel sebagai hasil dari dukungan langsung AS. Araqchi menekankan bahwa “melanjutkan negosiasi antara Iran dan AS dalam situasi di mana kebiadaban rezim Zionis terus berlanjut adalah tidak dapat dibenarkan.”
Araqchi juga mengatakan bahwa “Iran telah memberikan tanggapan yang tegas terhadap agresi rezim Zionis untuk melindungi kedaulatan nasional, rakyat dan keamanannya, dan bertekad untuk menggunakan haknya yang sah untuk mengambil tindakan balasan.”