Harga Emas Menguat Dipicu Depresiasi Dolar AS dan Data Ekonomi Amerika yang Lemah

Abadikini.com, JAKARTA – Harga emas mengalami kenaikan signifikan pada perdagangan Kamis (15/5/2025) waktu New York atau Jumat dini hari waktu Jakarta, didorong oleh melemahnya nilai tukar Dolar Amerika Serikat (AS) dan data ekonomi AS yang kurang menggembirakan.
Data terbaru menunjukkan bahwa Indeks Harga Produsen (PPI) AS secara tak terduga mengalami penurunan pada bulan April. Selain itu, pertumbuhan penjualan ritel di Negeri Paman Sam juga tercatat melambat, memberikan tekanan pada mata uang Dolar AS.
Akibatnya, Indeks Dolar (Indeks DXY) tercatat turun sebesar 0,1 persen. Pelemahan Dolar AS ini membuat emas, yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut, menjadi lebih terjangkau bagi para pemegang mata uang lainnya.
Berdasarkan laporan dari Reuters, berikut adalah rincian pergerakan harga logam mulia dunia pada penutupan perdagangan Kamis (15/5/2025):
Emas spot (XAU/USD): Menguat 1,3 persen menjadi $3.218,89 per ons
Emas berjangka AS: Ditutup naik 1,2 persen menjadi $3.226,6 per ons
Perak spot (XAG/USD): Naik 0,8 persen menjadi $32,47 per ons
Platinum: Menguat 1,3 persen menjadi $989,01 per ons
Paladium: Meningkat 1,2 persen menjadi $962,33 per ons
Sentimen pasar saat ini menunjukkan ekspektasi yang meningkat terhadap kemungkinan Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga pada bulan September mendatang. Suku bunga yang lebih rendah secara historis cenderung meningkatkan daya tarik emas sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil.
“Data Kamis menciptakan lebih banyak ruang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga, dengan ekspektasi yang lebih dovish terbentuk di pasar,” ujar Peter Grant, Vice President Zaner Metals, dalam komentarnya.
Lebih lanjut, Grant juga menyoroti faktor geopolitik yang turut mempengaruhi pergerakan harga emas. Ketidakpastian terkait ketegangan perdagangan global, meskipun AS dan China sebelumnya telah menyepakati kesepakatan tarif sementara selama 90 hari, masih menjadi perhatian investor.
Selain itu, pasar juga mencermati perkembangan terkait ketidakhadiran Presiden Rusia Vladimir Putin dalam perundingan damai. Hal ini memicu aksi beli aset-aset safe haven, termasuk emas.
“Putin tidak menghadiri pembicaraan damai di Turki meredupkan ekspektasi kemajuan menuju kesepakatan damai, yang menurut saya membantu menopang harga emas hari ini,” tambah Grant.
Putin dilaporkan mengirimkan tim negosiator lapis kedua untuk melakukan pembicaraan damai dengan Ukraina di Turki, menanggapi penolakan terhadap tantangan Kyiv agar ia hadir langsung untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskiy.
Sebelumnya, harga emas sempat menyentuh level terendah dalam lebih dari satu bulan pada awal sesi perdagangan. Sementara itu, pasar paladium, yang mengalami defisit pasokan sejak tahun 2012 hingga 2024, diprediksi akan menuju keseimbangan pada tahun ini. Proyeksi ini didasarkan pada ekspektasi penurunan permintaan akibat berkurangnya produksi kendaraan berbahan bakar bensin dan peningkatan daur ulang di China, menurut analisis pasar.