Diberi Hadiah Pesawat Mewah dari Qatar, Trump: Bodoh Jika Tolak

Abadikini.com, JAKARTA – Presiden Amerika (AS) Serikat Donald Trump kembali menuai kontroversi setelah mengungkapkan rencananya untuk menerima pesawat mewah senilai 400 juta dolar AS dari keluarga kerajaan Qatar.
Dalam pernyataan kepada wartawan di Gedung Putih, Trump menyebut bahwa akan bodoh jika menolak tawaran tersebut.
“Saya pikir itu adalah isyarat yang luar biasa dari Qatar. Saya sangat menghargainya. Saya tidak akan pernah menolak tawaran semacam itu,” ujar Trump, seperti dimuat Reuters.
“Maksud saya, saya bisa menjadi orang bodoh yang mengatakan, Tidak, kami tidak menginginkan pesawat gratis yang sangat mahal,” tambahnya.
Pesawat jenis Boeing 747-8 itu disebut-sebut akan dilengkapi dengan fasilitas setara Air Force One dan diklaim akan disumbangkan ke perpustakaan kepresidenan Trump setelah ia lengser dari jabatan.
Meski begitu, banyak pihak menilai hadiah tersebut menimbulkan konflik kepentingan serius.
Senator Demokrat Brian Schatz, Chris Murphy, Cory Booker, dan Chris Coons mengecam rencana tersebut dalam pernyataan bersama.
“Penerimaan Trump atas hadiah semacam itu akan menciptakan konflik kepentingan yang jelas, menimbulkan pertanyaan keamanan nasional yang serius, dan mengundang pengaruh asing,” tegas mereka.
Perwakilan Demokrat dari Connecticut, Joe Courtney, yang duduk di Subkomite Kekuatan Laut dan Proyeksi DPR, juga menyoroti bahwa hadiah dari Qatar justru bisa mengganggu prioritas pertahanan nasional.
“Tawaran ini mengalihkan perhatian dari upaya penting Angkatan Udara untuk mempercepat pengiriman armada Air Force One yang sebenarnya,” kata dia.
Di sisi lain, Trump membela langkahnya dengan mengatakan bahwa Qatar hanya menunjukkan rasa terima kasih atas bantuan Amerika Serikat di Timur Tengah.
“Kita telah banyak membantu Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Ini adalah bentuk penghargaan mereka,” ujar Trump.
Meski menuai kritik, Gedung Putih melalui juru bicaranya Karoline Leavitt menegaskan bahwa pemerintahan Trump tidak melihat adanya kekhawatiran terkait imbal balik yang mungkin diminta Qatar.
“Rincian hukum masih digodok. Kami tidak khawatir akan adanya syarat tersembunyi,” katanya.
Namun, para pengamat etika pemerintahan tetap waspada terhadap kemungkinan penyalahgunaan wewenang dan dampaknya terhadap kredibilitas Amerika di mata dunia.
Sejauh ini, belum ada keputusan final dari Departemen Pertahanan atau Kongres terkait legalitas pemberian hadiah tersebut.