Pemerintah China Kini Inginkan Perempuan Melahirkan Banyak Anak

Abadikini.com, BEIJING – Pemerintah China kini ingin supaya perempuan melahirkan banyak anak. Setidaknya dua atau tiga anak dalam satu keluarga kecil. Tapi ajakan itu tidak mudah. Sudah terlalu lama perempuan dilarang melahirkan banyak anak. Kampanye penyimpangan seksual sebagai hak asasi turut memperparah kesulitan.

Pada minggu terakhir Oktober 2023, saat berpidato pada pembukaan acara peringatan 13 tahun National Women’s Congress of China, Presiden Xi Jinping di depan 1.800 delegasi menyampaikan Pemerintah China harus aktif mengampanyekan ajakan menikah dan budaya memiliki anak. Para pejabat Partai [Komunis China] harus mempengaruhi pandangan kaum muda tentang cinta, pernikahan, kesuburan, dan keluarga.

Langkah politik Presiden Republik Rakyat China Xi Jinping merupakan suatu hal yang “revolusioner” setelah China membatasi angka kelahiran sejak 1978. Presiden RRC Deng Xioping bermaksud membatasi angka kelahiran demi menekan populasi penduduk Tiongkok Daratan. Menurut data Pemerintah China, dengan aturan tersebut, mereka berhasil mencegah 400 juta kelahiran hingga 2011.

Aturan tersebut akhirnya dicabut. Melarang perempuan melahirkan banyak anak telah menimbulkan banyak masalah di China. Termasuk tingkat aborsi yang semakin tinggi, karena tidak semua orang memasukkan pasal undang-undang ke dalam selimut saat mereka bersetubuh di atas ranjang.

Penduduk China tidak dapat menghafal UU pembatasan kelahiran, tatkala sedang berada di puncak birahi manusiawi. Akibatnya, dari catatan Pemerintah, sejak tahun 2000 terdapat sekitar tujuh juta perempuan yang melakukan aborsi. Belum lagi angka yang tidak tercatat.

Orang-orang miskin memilih aborsi ketimbang membayar denda yang sangat besar. Sedangkan orang-orang kaya lebih memilih membayar hingga 1,2 juta dollar Amerika Serikat, ketimbang hanya memiliki satu orang anak.

Setelah berlaku selama 35 tahun, Pemerintah China mencabut larangan perempuan melahirkan anak lebih dari satu. Pencabutan tersebut dilakukan pada tahun 2015. Akan tetapi semuanya tidak lagi sama. Angkatan muda China yang terbiasa sebagai anak tunggal tidak menaruh minat pada pernikahan dan anak. Meski secara seksual mereka tetap aktif, tapi tidak dilembagakan dalam pernikahan.

Menurut catatan Statistik China, tahun 2022, hanya 6,83 juta pasangan yang menikah. Angkatan muda yang lahir tahun 1990-an hingga 2000-an, tidak tertarik menikah pada usia muda. Mereka lebih mementingkan karir.

Menurut buku tahunan sensus China terbaru, usia rata-rata pernikahan pertama di negara itu pada 2020 adalah 28,6 tahun, hampir empat tahun lebih tua dibanding 10 tahun sebelumnya.

Sejumlah pengamat menyebutkan semakin banyaknya perempuan yang menolak menikah karena masih tingginya diskriminasi terhadap perempuan di tempat kerja. Hamil dan cuti melahirkan merupakan kendala besar dalam kelangsungan karir. Padahal mereka membutuhkan waktu yang lama hingga lulus menjadi sarjana atau tenaga terampil.

Gelombang krisis ekonomi akibat Covid-19 memperburuk keadaan. Krisis dunia yang ikut mengempas perekonomian China, menyebabkan meningkatnya angka pengangguran menjadi 20,8 persen. Mereka yang terimbas rerata berusia 16 sampai 24 tahun.

Kondisi ini diperburuk oleh kampanye positifnya penyimpangan seksual oleh Barat. Presiden Xi Jinping menaruh perhatian besar pada persoalan penyimpangan seksual di China. Ia menyebutkan bila proyek penyimpangan seksual yang dibalut dalam isu hak asasi manusia, merupakan alat propaganda Amerika Serikat yang tidak sesuai dengan kultur China.

Pemerintah China wajar khawatir dan mengajak perempuan melahirkan banyak anak. Mengapa Pemerintah China menganjurkan perempuan melahirkan banyak anak? Menurut statistik dari Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, negara tersebut memiliki 9,56 juta kelahiran hidup pada tahun 2022, turun 10% dari 10,62 juta pada tahun 2021, yang merupakan rekor terendah dan menandai penurunan pertumbuhan penduduk pertama di Tiongkok dalam 61 tahun.

Pada tahun 2022, sekitar 6,8 juta pasangan mendaftarkan pernikahan mereka, setengah dari jumlah tersebut pada tahun 2023 dan merupakan tingkat terendah sejak pencatatan resmi dimulai pada tahun 1986.

Kini penduduk China berangsur menua. Jumlah laki-laki juga lebih banyak dari perempuan. Data tahun 2022 menunjukkan, ada 722 juta penduduk laki-laki dan 689 juta perempuan. Akankah imbauan Pemerintah China supaya perempuan melahirkan banyak anak berhasil? Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi di China supaya dapat membujuk perempuan melahirkan banyak anak.

Salah satunya, membenahi kesetaraan gender yang masih sangat bermasalah di China. wanita harus diberikan pengakuan lebih baik, supaya program perempuan melahirkan banyak anak mendapatkan sambutan.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker