Kim Jong Un Larang Perayaan Natal, Para Aktivis Lakukan Ini

Abadikini.com, JAKARTA – Perayaan Natal dilarang di Korea Utara (Korut), tetapi hal ini tidak menghentikan usaha para aktvis untuk mengirimkan pesan harapan, keyakinan, dan kebebasan kepada warga di sana yang menderita di bawah kepemimpinan Kim Jong-un.

Pesan yang dimuat dalam sebuah flash drive, juga berisi pembacaan Alkitab, beras hingga uang US$ 1 (sekitar Rp 15.467) dimasukkan ke dalam botol dan dilemparkan ke Laut Kuning dengan harapan arus laut akan membawanya ke pantai di Semenanjung Korea Utara.

Flash drive untuk merayakan hari raya tersebut, termasuk pembacaan Alkitab, diluncurkan ke Laut Kuning dalam bentuk botol sehingga arus akan membawanya ke pantai semenanjung Korea Utara.

“Kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk menyampaikan informasi ke Korea Utara melalui darat, laut, dan udara,” kata Suzanne Scholte , ketua Koalisi Kebebasan Korea Utara yang berbasis di Washington, DC yang mensponsori kegiatan tersebut.

Kegiatan ini merupakan bagian dari yang disebut sebagai operasi kebenaran yang dilakukan kelompok tersebut. Menurut Scholte aksi mengirim pesan ke laut mencontoh operasi Berlin Airlift, untuk memberikan bantuan penting kepada rakyat Korea Utara yang kelaparan.

Kelompok ini telah melakukan 17 kali operasi peluncuran botol tersebut. Setiap botol juga berisi beras yang cukup untuk memberi makan satu keluarga beranggotakan empat orang selama seminggu, serta sebuah Alkitab di flash drive dan uang kertas US$ 1.

Di antara mereka yang meluncurkan pesan tersebut adalah sembilan warga Korea Utara yang melarikan diri yang ingin membawa kebebasan ke tanah air mereka.

Pesan Natal Scholte yang disertakan dalam botol tersebut berbunyi,“Natal, yang dirayakan di seluruh dunia pada 25 Desember, menandai hari kelahiran Yesus. Banyak pendahulu Anda juga percaya kepada Yesus. Faktanya, di Pada tahun 1907, di Pyongyang, terdapat begitu banyak orang Kristen yang percaya kepada Yesus sehingga Pyongyang dikenal sebagai Kota Suci”.

“Namun ketika Kim II Sung berkuasa, ia ingin masyarakat Korea Utara memujanya sebagai dewa, dan bukannya kepada Tuhan yang sejati. Jadi, dia membunuh banyak pemimpin Kristen, mengirim orang lain ke kamp penjara politik, atau membuang mereka. Dia melakukan semua yang dia bisa untuk membunuh para pengikut Yesus Kristus”.

Flash drive tersebut juga berisi musik Korea Utara, dengan mengubah liriknya dari menyembah Kim Jong-un menjadi menyembah Tuhan.

Scholte mengatakan semakin banyak warga Korea Utara yang belajar tentang dunia luar karena upaya kelompoknya.

“Kita harus menyampaikan kepada orang-orang yang berkuasa di Pyongyang bahwa mereka memiliki teman dan sekutu di Korea dan Amerika, yang hanya mempunyai satu keinginan untuk mereka: untuk berbagi manfaat dari rakyat bebas, untuk memberi mereka kehidupan seperti di rumah sendiri, bukannya putus asa,” ungkapnya.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker