Menteri Budi Launching Wingko Semarang

Abadikini.com, SEMARANG – Teknologi Wolbachia merupakan salah satu inovasi yang melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional). Sehubungan dengan hal tersebut Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan no 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue melalui Wolbachia sebagai inovasi penangulananan DBD yang akan dilaksanakan di 5 kota yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang. Kota semarang menjadi kota pertama yang akan memulai implementasi inovasi teknologi wolbachia ini dan nantinya akan diikuti oleh 4 kabupaten/ kota berikutnya.

“Semarang sebenarnya berada di posisi tengah pada kasus DBD terbanyak dari kelima kota tersebut, namun Semarang ini paling maju dan paling berani walikota dan timnya. Walaupun di tengah-tengah tapi lebih progresif, jadi Semarang ini menjadi kota pertama untuk Implementasi Pilot Project Wolbachia,” ungkap Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat menghadiri Launching Implementasi Pilot Project Wolbachia di Semarang, Selasa (30/5/2023).

Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemberian vaksin kepada masyarakat dan perkawinan nyamuk dengan teknologi wolbachia agar nyamuknya tidak dapat menyebarkan virus aedes aegypti.

“Masuknya virus demam berdarah dari nyamuk yang bernama aedes aegypti, yang harus dicari tahu bagaimana cara mecegahnya agar tidak digigit nyamuk, jangan hanya fokus kepada pengobatannya saja, tapi dicoba dengan pecegahannya. Pencegahan ini ada dua cara yaitu yang pertama dengan vaksinasi supaya saat di gigit kita kuat, yang kedua adalah nyamuknya kita bikin mandul dengan wolbachia. Jadi pencegahannya itu dengan vaksinasi dan wolbachia, wolbachia juga sudah dimulai pada tahun 2011,” ujar Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin.

Efektivitas wolbachia telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh WMP di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).

Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia. Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok. Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.

“Saya berharap, teman-teman mesti sabar, ini proses penyebaran nyamuknya 6 bulan, karena mengkawinkan nyamuk, 2-4 bulan lagi mulai berdampak, diharapkan dalam satu tahun jumlah populasi nyamuk wolbachianya sudah sampai 80% dari populasi nyamuk aedes aegypti yang ada di Semarang. Teman-teman Semarang rajin berdoa biar nyamuknya cepat berganda dan bisa segera menyebarkan nyamuk-nyamuk wolbachia,” tambahnya.

Dalam Launching kali ini memiliki tagline Wingko Semarang yang berarti Wolbachia Ing Kota Semarang.

“Wingko (Wolbachia Ing Kota) Semarang jadi tagline yang kita usung bersama untuk pengendalian DBD dengan teknologi wolbachia. Pak Kadinkes kami juga pintar membuat judul-judul singkat biar mudah di ingat oleh masyarakat, makannya dinamain Wingko Semarang. Tentunya Semarang siap mendukung dan siap jadi orang tua asuh untuk Wingko Semarang dan kami mohon doa juga agar Wingko ini bisa menurunkan DBD di Kota Semarang,” tutur Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Kegiatan launching ini diharapkan dapat meningkatkan kerjasama seluruh pemangku kebijakan dan masyarakat untuk membebaskan DBD di Kota Semarang.

“Adapun agenda launching ini adalah adanya penandatanganan kerja sama antara Kemenkes RI dan Pemerintah Kota Semarang, kemudian ada penyerahan paket ember wolbachia dari Menteri Kesehatan kepada kader dan masyarakat di Kecamatan Tembalang sebagai tanda dimulainya implementasi wolbachia di Kota Semarang, kemudian dilanjutkan dengan peletakan ember wolbachia di rumah masyarakat di wilayah Kecamatan Tembalang,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker