Hasil Pemilu Turki, Erdogan dan Kilicdaroglu Sama-sama Klaim Menang

Abadikini.com, JAKARTA- Turki bakal akan menggelar pemilihan presiden (pilpres) putaran kedua, menyusul partai Tayyip Erdogan dan oposisi Kemal Kilicdaroglu mengklaim menang. Sumber di kedua kubu Pemilu Turki mengakui bahwa kemungkinan tidak melewati ambang batas 50% untuk menang langsung.

Hasil awal menempatkan Erdogan dengan nyaman di depan. Namun ketika hitungan berlanjut, keunggulannya terkikis. Alhasil, ada isyarat putaran kedua pada 28 Mei dilaksanakan.

Kedua belah pihak menolak hitungan pihak lain, tanpa hasil resmi yang diumumkan. Wali Kota oposisi Ankara Mansur Yavas mengatakan penghitungan partainya menunjukkan Kilicdaroglu unggul 47,42%. Sementara Erdogan meraih 46,48%.

Jajak pendapat sebelum pemilu membuat Kilicdaroglu, yang memimpin aliansi enam partai, sedikit unggul, dengan dua jajak pendapat pada Jumat (12/5/2023) menunjukkan Kilicdaroglu di atas ambang batas 50%.

Pejabat senior dari aliansi oposisi, yang meminta tidak disebutkan namanya, mengatakan diproyeksi tidak akan ada pemenang di putaran pertama. “Namun data kami menunjukkan Kilicdaroglu akan memimpin,” kata dia dikutip CNBC International.

Mengutip data badan milik negara Anadolu, media Turki mengatakan bahwa dengan hampir 75% kotak suara dihitung, Erdogan berada di 50,83% dan Kilicdaroglu 43,36%.

Pemungutan suara Pemilu Turki Minggu (14/5/2023) adalah salah satu pemilihan paling penting dalam sejarah 100 tahun negara itu. Pemilu Turki kali ini sebuah kontes yang dapat mengakhiri 20 tahun pemerintahan Erdogan.

Pemungutan suara presiden akan memutuskan tidak hanya siapa yang memimpin Turki, tetapi bagaimana pemerintahan, negara anggota NATO berpenduduk 85 juta jiwa ini membawa arah ekonomi termasuk kebijakan luar negerinya di tengah krisis,

Pemilu Turki yang juga untuk parlemen, diawasi ketat di Barat, Timur Tengah, NATO, dan Moskow.

Kekalahan Erdogan, salah satu sekutu terpenting Presiden Vladimir Putin, kemungkinan akan membuat Kremlin bingung. Namun menghibur pemerintahan AS Joe Biden, serta pemimpin Eropa dan Timur Tengah yang memiliki hubungan bermasalah dengan Erdogan.

Erdogan sebagai pemimpin terlama Turki telah mengubah menjadi negara besar kedua dan pemain global. Erdogan  melakukan modernisasi melalui megaproyek seperti jembatan, rumah sakit, dan bandara, serta membangun industri militer yang dicari oleh negara asing.

Namun kebijakan ekonominya yang bergejolak dengan suku bunga rendah, memicu krisis biaya hidup dan inflasi. Hal ini memicu kemarahan para pemilih.

Lambatnya tanggapan pemerintahnya terhadap gempa dahsyat di tenggara Turki yang menewaskan 50.000 orang juga menambah kekecewaan pemilih.

Sementara Kilicdaroglu berjanji untuk membawa Turki ke arah baru dengan menghidupkan kembali demokrasi setelah bertahun-tahun direpresi negara. Turki akan kembali ke kebijakan ekonomi ortodoks, memberdayakan institusi yang kehilangan otonomi di bawah genggaman ketat Erdogan dan membangun kembali hubungan yang lemah dengan Barat.

Ribuan tahanan politik dan aktivis, termasuk nama-nama petinggi seperti pemimpin Kurdi Selahattin Demirtas dan dermawan Osman Kavala, bisa dibebaskan jika oposisi menang.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker