Akselerasi Ekonomi Pasca Resesi

Oleh: Wijianto

Abadikini.com – Kondisi ekonomi tahun 2023 memasuki masa perfect strom narasi kondisi hari ini yang dibangun karena pada prinsipnya menyambut kesiapan tantangan ekonomi. Hasil ekonomi sepanjang tahun lalu menunjukkan bertambahnya optimisme akselerasi roda ekonomi terlihat dalam tren pertumbuhan ekonomi yang masih relatif resilien.

Kalau kita lihat tantangan potret ekonomi tahun lalu yakni seperti, kondisi pandemi yang berkepanjangan sejak tahun 2020 masih menimbulkan residu baik ekonomi nasional maupun daerah, selanjutnya konflik global dan kondisi climate change membuat struktur ekonomi terdampak bahkan selama setahun kemarin kondisi supply chain ekonomi tidak stabil cenderung minus diikuti dengan kondisi inflasi yang terus meningkat sepanjang akhir tahun yang memberikan sentiment negative terhadap daya beli masyarakat.

Dari hasil laporan ekonomi, indeks pertumbuhan ekonomi pada triwulan 3 tahun 2022 berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.091,2 triliun atau atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.976,8 triliun. mengalami pertumbuhan sebesar 5,72 persen (y-on-y).

Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 25,81 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 21,64 persen. Indeks ini memiliki arti, Kekuatan roda penggerak di perekonomian akan terkonsentrasi yang memiliki output pendongkrak ekonomi.

Fakta yang terjadi kondisi di Indonesia kerap sebaliknya setiap ada krisis membawa sesuatu kearah pembaruan. Target investasi di tahun 2023 oleh Kementerian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) justru naik sebesar 16,7% dari sebelumnya Rp 1.200 triliun menjadi Rp 1.400 triliun hal ini cukup menantang ketika Indonesia memasuki tahapan menjelang tahun politik.

Kita dapat memotret kondisi lapangan Indonesia bahwa setelah hujan pasti terdapat pelangi, terdapat kondisi peluang dan keunggulan bagi perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil kinerja APBN hingga kuartal ketiga ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat didukung oleh neraca perdagangan, konsumsi rumah tangga, dan investasi sebagai penopang utama.

Penerimaan negara juga masih tinggi dan ini memperlihatkan pemulihan ekonomi yang terus terjaga, kontribusi harga komoditas yang masih di level relatif tinggi serta dampak positif dari berbagai kebijakan pemerintah.

Dari sisi tantangan ekonomi, ada dua hal yang harus mendalami. Pertama dari pelaku ekonomi UMKM dan kedua dari sisi kebijakan pemerintah. Dari sisi pelaku ekonomi UMKM, terdapat dua hal yang perlu diatasi dengan baik.

Pertama, kondisi daya beli masyarakat yang rendah dalam resesi seperti contohnya yakni kondisi ekonomi yang terpuruk pada tahun 1998. Daya beli adalah yang menjadi kekuatan konsumsi masyarakat. Sekaligus menjadi penopang signifikan PDB Indonesia. Tidak mudah dan tidak sederhana dalam mengembalikan daya beli tersebut dalam kondisi normal.

Kedua, penguatan modal dalam mengelola usaha UMKM. Kenaikan suku bunga yang tinggi sebagai akibat kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. Dari sisi pelaku UMKM akan meningkatkan beban untuk pengajuan kredit dan juga dari sisi produksi akan meningkatkan cost of fund dari harga pokok penjualan (HPP) produksi oleh UMKM. Tantangan sisi kedua adalah Pemerintah. Setidaknya terdapat 2 alasan penting yang perlu dimitigasi dengan baik agar ekonomi bisa berjalan baik pada 2023.

Satu, pemerintah harus lebih bijaksana dalam menyikapi kondisi ruang fiskal yang terbatas untuk bisa mengakselerasi pertumbuhan ekonomi contohnya seperti pemberian modal produktif bagi UMKM sektor rill karena yang paling penting dari sektor lainnya selanjutnya kebijakan restrukturisasi hutang oleh perbankan dan lembaga keuangan non perbankan pasca pandemi karena tidak mungkin bisa memaksakan kondisi pengusaha-pengusaha yang terdampak pandemi.

Kedua, Pemerintah sudah tak bisa menggunakan instrumen UU Nomor 2 Tahun 2020 tentang Sistem Stabilitas Keuangan Menghadapi Pandemi. Potensi inflasi yang naik jika dibandingkan kondisi 2022 akan memacu tingkat pengangguran yang akan semakin naik karena banyak sektor usaha yang bangkrut gulung tikar akibat menanggung cost of fund yang tinggi dari produksinya yang tidak seimbang dengan penghasilannya.

Kebijakan pemerintah dalam kekuatan UMKM menjadi penyangga utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia. UMKM adalah sektor usaha yang memiliki resiliensi atau daya bangkit yang cepat. Jika pemerintah perhatian lebih detail dapat memberikan daya dongkrak maksimal di sektor UMKM, pertumbuhan ekonomi akan tetap terjaga, juga bisa terakselerasi lebih cepat.

Terdapat empat potensi dalam mendorong akselerasi ekonomi menyambut 2023. Pertama, jumlah pengguna digital penduduk di Indonesia. Menurut laporan We Are Social, terdapat 204,7 juta. Jumlah ini merupakan demand market bagi kondisi perekonomian Indonesia. Optimisme akselerasi ekonomi dapat dibangun terutama dalam bisnis ekonomi digital, potensi ekonomi digital di tanah air tak diragukan lagi. Nilainya bisa mencapai US$ 150 Milliar pada 2022.

Dampak e-commerce juga tak bisa di pandang sepele. Oxford Economics mencatat, setiap aliran US$ 640 juta di ranah digital menciptakan 10.700 lapangan kerja baru, dari paparan kajian tersebut ada lebih dari 2 juta lapangan kerja baru tercipta dari ekonomi digital.

Dorongan hal tersebut telah terdapat dalam peraturan presiden nomor 74 tahun 2017 tentang peta jalan sistem perdagangan nasional berbasis elektronik ditunjukan Indonesia tengah menapaki ledakan ekonomi digital. Anak-anak bangsa harus jadi aktor utama di industri digital. Nilai US$ 150 milliar bisa meledak secara eksponsial.

Berbagai faktor pendukung sudah on the track mulai dari kesiapan regulasi, infrastruktur dan perangkat komunikasi, hingga literasi digital. Kedua, potensi sumber daya alam dan komoditas yang melimpah sudah dilakukan termasuk langkah-langkah pemerintah selama dua tahun sebelumnya yakni program transformasi ekonomi melalui hulu dan hilir Program Pemulihan Ekonomi Nasional yang bisa meningkatkan nilai tambah yang terukur. Dalam ekonomi, jumlah sumber daya yang melimpah akan menjadi barang nilai guna jika tepat dalam peningkatan nilai guna ekonomi sumber daya tersebut.

Potensi ketiga, daya juang UMKM sebagai motor penggerak ekonomi. UMKM adalah sektor yang sensitive dan mudah cepat pulih jika pemerintah dapat memberikan daya katrol maksimal di sektor UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi dan akselerasi ekonomi yang lebih cepat.

Potensi Keempat yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai agen of stock di masa kini dan masa depan memiliki potensi jaringan pengusaha yang kongkrit jika dikelola dan dikembangkan, mengingat masih minimnya minat menjadi enterpreneur di kalangan keluarga besar HMI. Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA) baru saja memilih Ketua Umum (Ketum) baru.

Ketum baru terpilih periode 2022-2027, Ir. H. Kamrussamad, P.hD dan Sekretaris Jenderal terpilih, Drs. Muntaha, Apt. MM. yang berkomitmen akan menjadikan organisasi tersebut sebagai inkubator konglomerat. Mengutip dari Kamrusamad, KAHMI ke depan tidak lagi dikenal sebagai industri tokoh politik, tapi dikenal sebagai industri lahirnya konglomerat baru.

Alumni-alumni muda dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dapat turut bersama membangun inkubator konglomerat terebut terlepas ekonomi bangsa ini masih dalam kondisi recovery pasca pandemi dan ancaman resesi tahun depan.

Dengan melihat potret tantangan dan peluang yang ada hari ini, akselerasi ekonomi mempunyai banyak keuntungan pada tahun 2023, Indonesia akan bisa bangkit dan pulih lebih cepat karena Indonesia memiliki potensi yang jauh lebih besar dari ancaman resesi yang ada. Resesi ekonomi akan kalah dengan akselerasi ekonomi yang di canangkan.

Akselerasi Ekonomi Pasca Resesi

Oleh: Wijianto
Penulis adalah Wakil Bendahara Umum PB HMI.

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker