Soal Polemik Badai Dahsyat dengan BMKG, Peneliti BRIN Erma Yulihastin Minta Maaf

Abadikini.com, JAKARTA – Peneliti BRIN Erma Yulihastin, meminta maaf atas kehebohan yang terjadi akibat cuitan di akun Twitter-nya belum lama ini terkait tulisan akan adanya potensi badai dahsyat di Jabodetabek di penghujung tahun 2022.

Melalui keterangan tertulis pada Jumat, 30 Desember, Irma, sebagai peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional itu, mengatakan bahwa apa yang ia tulis di media sosial pribadinya ialah sebagai bentuk inisiatif dirinya yang berprofesi sebagai periset, memiliki tanggung jawab moral untuk mengedukasi publik berdasarkan wewenang dan kapasitas keilmuan yang dimilikinya.

“Bahwa telah terjadi misinterpretasi publik mengenai istilah badai dahsyat maka ini menjadi pelajaran berharga untuk saya sebagai periset agar memilih bahasa yang lebih tepat dan tidak menimbulkan makna ganda,” kata Irma Yulihastin.

“Oleh karena itu saya memohon maaf atas dampak terhadap publik yang berada di luar kendali saya,” ucapnya lagi.

Menurut pemaparannya, Irma mengakui salah dalam memliih kata ‘badai dahsyat’ untuk memperingati masyarakat terkait potensi cuaca ekstrem yang terjadi pada 28-29 Desember 2022.

Menurut dia, penggunaan istilah badai dahsyat itu dilakukan untuk memberi penjelasan kepada masyarakat awam, dalam menggantikan istilah ilmiah dua jenis badai di Laut Jawa (badai MCC) dan Samudera Hindia (badai derechi atau squail line) yang menurut informasi data dari SADEWA akan mengarah ke Jabodetabek.

“Jadi bukan badai dalam pemahaman awam seperti halnya badai tornado karena tidak mungkin terbentuk tornado di wilayah Indonesia,” katanya.

Meski begitu, Irma mengklaim bahwa badai tersebut memang terjadi sesuai hasil prediksi. Dampak yang ditimbulkan ialah berupa hujan lebat di wilayah Cilegon, Tangerang, dan sekitarnya, serta beberapa wilayah Bogor, dan Depok.

Menurut pemaparannya, Irma mengakui salah dalam memliih kata ‘badai dahsyat’ untuk memperingati masyarakat terkait potensi cuaca ekstrem yang terjadi pada 28-29 Desember 2022.

Menurut dia, penggunaan istilah badai dahsyat itu dilakukan untuk memberi penjelasan kepada masyarakat awam, dalam menggantikan istilah ilmiah dua jenis badai di Laut Jawa (badai MCC) dan Samudera Hindia (badai derechi atau squail line) yang menurut informasi data dari SADEWA akan mengarah ke Jabodetabek.

“Jadi bukan badai dalam pemahaman awam seperti halnya badai tornado karena tidak mungkin terbentuk tornado di wilayah Indonesia,” katanya.

Meski begitu, Irma mengklaim bahwa badai tersebut memang terjadi sesuai hasil prediksi. Dampak yang ditimbulkan ialah berupa hujan lebat di wilayah Cilegon, Tangerang, dan sekitarnya, serta beberapa wilayah Bogor, dan Depok.

Kemudian, lanjut dia, ada dua faktor yang membuat prediksinya meleset. Pertama faktor teknis, karena web server SADEWA mengalami off dalam beberapa waktu sehingga hasil prediksi untuk 28-29 Desember yang terupdate tidak diketahui.

“Kedua, suhu muka laut mendingin di utara Jakarta sehingga dukungan uap air dan kelembapan tidak maksimal yang membuat proses konveksi mendalam tidak terjadi sehingga intensitas tidak sampai esktrem,” ucapnya.

Atas kehebohan yang ditimbulkan, Irma menyatakan permohonan maafnya kepada publik karena ia pun tak menyangkan cuitan di media sosialnya berkembang liar dan viral.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker