Gegara Inflasi AS, Harga Minyak Jatuh

Abadikini.com, JAKARTA – Harga minyak merosot pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu (11/6/2022) pagi WIB), setelah laporan harga-harga konsumen AS naik lebih besar dari yang diperkirakan dan China memberlakukan tindakan penguncian COVID-19 baru.

Melansir Antara Sabtu (11/6). Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus turun 1,06 dolar AS atau 0,9 persen, menjadi menetap di 122,01 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Juli kehilangan 84 sen atau 0,7 persen, menjadi ditutup di 120,67 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak masih membukukan kenaikan mingguan 1,9 persen untuk Brent dan 1,5 persen untuk WTI.

Untuk hari ini, harga minyak merosot bersama dengan saham Wall Street setelah berita bahwa harga-harga konsumen AS meningkat pada Mei. Harga bensin telah mencapai rekor tertinggi dan biaya makanan melonjak, menyebabkan kenaikan tahunan terbesar dalam sekitar 40 tahun. Itu meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memperketat kebijakan lebih agresif.

“Kekhawatiran itu bisa menjadi indikator kebiasaan konsumen dan meskipun permintaan bensin kuat sekarang, itu pertanda di masa depan bahwa jika harga bensin tidak stabil maka konsumen akan mengurangi (pembelian),” kata Phil Flynn, analis di Price Futures.

Dalam “bendera merah” lainnya untuk permintaan, Shanghai dan Beijing kembali waspada COVID pada Kamis (9/6/2022). Beberapa bagian Shanghai memberlakukan pembatasan penguncian baru dan kota itu mengumumkan putaran pengujian massal untuk jutaan penduduk.

Impor minyak mentah China pada Mei naik hampir 12 persen dari tahun sebelumnya, ketika permintaan mereka rendah.

“Ini tidak menunjukkan bahwa permintaan minyak meningkat. Sebaliknya, China cenderung bertindak oportunis, membeli minyak mentah dari Rusia dengan harga yang jauh lebih rendah daripada tingkat pasar global untuk mengisi kembali stoknya,” kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.

Minyak telah naik lebih dari satu dolar AS di awal sesi karena kekhawatiran potensi gangguan pasokan di Eropa dan Afrika.

Produksi minyak Norwegia dapat dikurangi jika pekerja mogok pada Minggu (12/6/2022), kata Asosiasi Minyak dan Gas Norwegia (NOG).

Sekitar 845 dari sekitar 7.500 karyawan di anjungan lepas pantai berencana mogok mulai 12 Juni jika negosiasi gaji tahunan gagal.

Produksi minyak di ladang Sarir Libya telah berkurang setelah pelabuhan Ras Lanuf dan Es Sider ditutup dan ketika satu kelompok mengancam akan menutup pelabuhan Hariga, kata dua insinyur minyak di ladang itu.

Dalam pasokan AS, jumlah rig minyak AS, indikasi pasokan di masa depan, naik enam menjadi 580 minggu ini, tertinggi sejak Maret 2020.

Sementara itu, prospek untuk mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran dan mencabut sanksi AS terhadap sektor energi Iran telah surut.

Iran pada Kamis (9/6/2022) memberikan pukulan yang hampir fatal terhadap peluang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir, karena negara itu mulai menyingkirkan semua peralatan pemantauan Badan Energi Atom Internasional yang dipasang di bawah kesepakatan itu, kata kepala IAEA Rafael Grossi.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker