BMKG Ungkap Fenomena Bedding, Penyebab Suhu Dingin Di Musim Kemarau

Abadikini.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan fenomena Bedding yang membuat suhu lebih dingin di musim kemarau.

“(Bediding) adalah istilah untuk menyebut perubahan suhu yang mencolok khususnya di awal musim kemarau,” tulis BMKG dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (31/5/2022).

BMKG menerangkan, ketika fenomena bediding berlangsung, suhu udara menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi, sementara di siang hari suhu melonjak hingga panas menyengat.

Fenomena suhu udara dingin ini, sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau, biasanya pada Juli – September.

BMKG memaparkan, pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.

Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia, menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.

Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin.

Sehingga, mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin
Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.

Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Tidak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar.

Kondisi tersebut, membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari.

Fenomena ini, merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker