China Berencana Hancurkan Sistem Satelit Starlink

Abadikini.com, JAKARTA – Peneliti China merencanakan pengembangan senjata penghancur untuk sistem satelit Starlink milik Elon Musk. China khawatir satelit itu mengancam keamanan nasional mereka.

Dalam sebuah publikasi di jurnal Teknologi Pertahanan Modern China April lalu, para peneliti telah meneliti potensi bahaya dari Starlink. Sejak satelit itu pertama diluncurkan pada 2019, SpaceX menempatkan lebih dari 2.300 unit Starlink ke orbit rendah Bumi.

Perusahaan itu berencana mengirim hingga 42 ribu satelit ke luar angkasa untuk membentuk megakonstelasi raksasa. Tujuannya untuk memberi akses internet ke pelanggan di mana saja selama mereka memiliki parabola Starlink.

Melansir Live Science, para peneliti China sangat prihatin dengan potensi kemampuan militer Starlink. Mereka menilai sistem ini dapat digunakan untuk melacak rudal hipersonik dan meningkatkan kecepatan transmisi data drone AS dan jet tempur siluman.

China telah beberapa kali hampir mengalami kecelakaan terkait satelit Starlink. Pada tahun lalu merka mengeluh ke PBB karena terpaksa melakukan manuver darurat setelah menghindari benturan dengan satelit Starlink pada Juli dan Oktober 2021.

“Kombinasi metode soft dan hard kill harus diadopsi untuk membuat beberapa satelit Starlink kehilangan fungsinya dan menghancurkan sistem operasi konstelasi,” kata pemimpin penelitian, Ren Yuanzhen.

Metode hard kill merupakan senjata fisik yang digunakan untuk menyerang target dengan perangkat keras (contohnya rudal). Sedangkan soft kill mengerahkan jamming (perecah sinyal) atau laser.

China sudah memiliki beberapa metode untuk menonaktifkan satelit. Ini termasuk jammer gelombang mikro yang dapat mengganggu komunikasi atau merusak komponen listrik.

Kemudian laser resolusi milimeter yang kuat yang dapat menangkap gambar resolusi tinggi dan sensor satelit buta.

China sendiri belum memetakan langkah pasti untuk menghadapi Starlink. Namun, para peneliti mengusulkan China harus membangun satelit mata-matanya sendiri untuk mengintai Starlink dengan lebih baik.

Mengutip South China Morning Post, China juga ingin bersaing dengan Starlink secara langsung melalui peluncuran jaringan satelitnya sendiri, yang dinamai Xing Wang, atau Starnet.

Fasilitas itu dibangun bertujuan untuk menyediakan akses internet global, yang disediakan kepada para konsumen secara berbayar.

Kekhawatiran China terhadap Starlink cukup beralasan. Meski ditujukan untuk konsumen, Starlink diduga digunakan untuk keperluan militer sebelumnya.

Hanya dua hari setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, Wakil Perdana Menteri Ukraina Mykhailo Fedorov menulis di Twitter meminta Musk untuk menyebarkan lebih banyak satelit Starlink ke negara itu.

Berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss pada 24 Mei, Fedorov mengatakan SpaceX sejauh ini telah menyediakan lebih dari 12.000 satelit Starlink ke Ukraina, sambil menambahkan “semua infrastruktur penting (di Ukraina) menggunakan Starlink.”

Awal bulan Mei kemarin Elon Musk menulis di Twitter. Ia menyebut Rusia telah melakukan beberapa upaya pengacauan sinyal dan peretasan di Starlink

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker