Muncul Varian Baru Covid-19, Deltacron, Ini Penjelasan IDI

Abadikini.com, JAKARTA – Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan mutasi Deltacron adalah varian yang terdiri dari elemen Delta dan Omicron.

Menurut Zubairi munculnya Deltacron karena varian Delta dan Omicron bereplikasi bersama di tubuh orang yang pernah terinfeksi kedua varian tersebut. Sejauh ini, varian Deltacron telah ditemukan di Amerika Serikat, Prancis, Denmark, Inggris, dan Belanda.

“Deltacron adalah varian Covid yang terdiri dari elemen Delta dan Omicron. Artinya varian ini mengandung gen dari kedua varian itu yang membuatnya menjadi virus rekombinan,” ujar Zubairi di akun Twitternya, Minggu (13/3).

Mengenai tingkat bahayanya, Zubairi menyebut varian ini mungkin saja tidak lebih berbahaya dari Omicron, namun menurutnya masih terlalu awal untuk memberi kepastian karena jumlah kasus dari varian ini masih amat sedikit.

“Mungkin sekali tidak berbahaya ketimbang varian Omicron. Belum bisa dipastikan. Karena jumlah kasusnya masih amat sedikit,” ucap Zubairi Djoerban.

Kemunculan varian baru ini tentu menuai kekhawatiran di tengah masyarakat, terlebih kasus dari varian Omicron saat ini masih banyak ditemukan.

Meski demikian, Zubairi menyebut baru sedikit data yang ada tentang varian baru ini sehingga belum pasti apakah varian ini mengkhawatirkan atau tidak. Namun sejumlah ahli menyebut varian ini harus diawasi.

Kabar varian Deltacron menyeruak ke publik sejak awal tahun. Profesor ilmu biologi di Universitas Cyprus Leondios Kostrikis mengungkap tanda genetik seperti Omicron dalam genom Delta. Atas temuan itu ia memberi nama Deltacron.

Kala itu Kostrik dan timnya telah menemukan 25 kasus mutasi. Temuan ini kemudian dilaporkan dan dikirim sampelnya ke Lembaga Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) pada 7 Januari untuk melacak mutasi virus.

Lebih lanjut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklaim varian Deltacron belum masuk ke Indonesia. Untuk saat ini penyebaran varian tersebut baru terdeteksi di sejumlah negara Eropa.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker