Rektor ITB Tanggapi Foto Dirinya Dijadikan Aset NFT

Abadikini.com, JAKARTA – Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Reini Wirahadikusumah menanggapi perihal pencatutan fotonya yang diunggah dan dijadikan aset digital dalam bentuk non-fungible token (NFT).

Pengunggah menamai kedua koleksi foto itu dengan hastag #ReiniOut. Kemudian foto yang diunggah dinamai ‘Ibu Rektor Tercinta #1’ dan ‘Ibu Rektor Tercinta #2’. Hingga kini kedua NFT tersebut telah dilihat ribuan kali di OpenSea.

Sampai saat ini juga belum diketahui sosok pengunggah yang memasang foto rektor ITB tersebut di NFT.

“Karena tidak ada identitas penulis, pesan yang disampaikan menurut saya isinya tidak jelas, termasuk tidak jelas ditujukan kepada siapa; maka saya tidak dapat meresponsnya,” kata Reini, Jumat (12/11/2021).

Dijelaskan Reini, apabila pengunggah fotonya di NFT itu adalah mahasiswa ITB, ia menyebut tidak alergi dengan kritik. Ia bahkan mengaku sering menerima masukan dan bersama-sama mencari solusi atas permasalahan yang terjadi.

“Masalah mahasiswa dapat disampaikan melalui Wali Akademik masing-masing, melalui Bimbingan Konseling, bahkan dapat juga melalui peer counsellors (rekan sesama mahasiswa) secara langsung, atau menggunakan aplikasi GaneCare apabila ingin berdiskusi secara anonim,” jelasnya.

“Sistem komunikasi ini dirancang oleh Direktorat Kemahasiswaan ITB secara serius, bersama dengan pimpinan di Fakultas/Sekolah dan juga dengan perwakilan mahasiswa,” lanjut Reini.

Reini merupakan rektor ITB yang mulai menjabat pada 2020 lalu, ia menjadi rektor wanita ITB sejak kampus tersebut didirikan. Sedangkan NFT adalah adalah berkas digital yang identitas dan kepemilikannya diverifikasi melalui rantai blok (blockchain).

Untuk membelinya, pengguna harus memiliki akun dompet digital kripto, di antaranya Coinbase, Wallet, MetaMask, WalletConnect, Fortmatic dan masih banyak lagi.

Aset digital NFT foto Rektor ITB diunggah oleh akun ITB1920. Dalam kolom deskripsi tertulis seolah unggahan tersebut merupakan bentuk kritis dari mahasiswa ITB.

Kolom deskripsi pada postingan itu berbunyi nada kritik kepada Reini. Pengunggah menilai Reini tak berlaku adil kepada penulis deskripsi.

“Masuk ke ITB, kukira aku akan mendapati kesempatan yang berimbang bagi semua. Tanpa melihat seperti apa aku dahulu, tanpa melihat rupa dan dari mana aku berasal, juga tanpa melihat seberapa banyak materi yang kumiliki,” tulis deskripsi tersebut.

Kukira juga, hati seorang ibu memiliki ketulusan yang tak terbatas pada anak-anaknya. Namun apa yang kulihat nyatanya berbeda. Ibuku mengelak saat diajak bicara, ibuku lebih memilih tersenyum pada dunia dan berpaling dari anaknya,” sambungnya.

Di sisi lain, Reini menyebut isu jual beli pada platform digital sering dilakukan dari luar wilayah Republik Indonesia. Ditambah lagi dengan kompleksitas masalah dan tidak jelasnya indentitas pihak-pihak yang berinteraksi.

“Atas kondisi ini, ITB sebagai institut teknologi menyadari besarnya tantangan loopholes dalam sistem hukum teknologi digital di Indonesia. Ini masalah kita bersama dan ITB siap berkontribusi mencari solusinya, tentu bersama-sama dengan pemerintah dan pihak-pihak lain,” ungkapnya.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker