Gelar Demonstrasi, Puluhan Ribu Buruh di Korsel Pakai Kostum Squid Game

Abadikini.com – Puluhan ribu pekerja yang tergabung dalam serikat buruh Korea Selatan (Korsel) pada Rabu (20/10) menggelar demonstrasi massal menuntut hak-hak kaum pekerja, seperti jaminan keamanan. Namun tak seperti biasanya, dalam aksinya itu para pengunjuk rasa kompak memakai kostum dari drama populer Netflix, Squid Game.

Seperti yang terlihat dari foto hingga video yang beredar, para pekerja berduyun-duyun turun ke jalan memakai jaket hitam, merah, dengan wajah ditutupi topeng. Kostum yang dipakai para pekerja itu pun serupa dengan pakaian karakter penjaga yang mengawasi jalannya permainan di Squid Game.

Menurut Straits Times, demo digelar serentak di 13 kota berbeda dan diikuti setidaknya oleh 80 ribu anggota Konfederasi Serikat Buruh Korsel. Dalam gerakannya itu, kaum pekerja menyerukan sejumlah tuntutan untuk pemerintah, seperti jaminan kondisi kerja yang lebih baik bagi pekerja tidak tetap hingga kenaikan upah minimum.

Di ibu kota Seoul, 27 ribu orang berkumpul untuk memprotes, mendorong pemerintah setempat untuk mengerahkan pasukan pembuat barikade. Saat demo meletus, 12 ribu petugas membentuk dinding-dinding yang terbuat dari bus dan pagar. Barikade terutama didirikan di Gwanghwamun Plaza, di mana sebagian besar unjuk rasa berlangsung.

Sementara itu, para pendemo tetap berteriak meminta tuntutan mereka dipenuhi. Kepala Biro Korea untuk Channel News Asia, Lim Yun Suk, mentwit bahwa beberapa pekerja serikat merasa seperti dalam karakter Squid Game. Itulah alasan mengapa mereka memakai kostum dari drama thriller asal Korsel tersebut.

“Mereka juga berjuang untuk mencari nafkah,” cuit Lim.

Squid Game belakangan sukses menarik perhatian global sejak memulai debutnya di platform streaming Netflix pada pertengahan September. Drama thriller ini berpusat pada 456 orang dewasa yang tengah berada di ambang kehancuran finansial. Mereka kemudian diundang untuk melakoni permainan anak-anak untuk memenangkan 45 miliar won, atau sekitar Rp542,5 miliar. Namun, jika tidak berhasil, para pemain akan menghadapi konsekuensi mematikan.

Drama survival itu pun menjadi begitu dekat dengan masyarakat dunia, terutama bagi kaum kelas bawah yang harus bersusah payah bersaing demi memperoleh penghasilan dan kehidupan layak. Narasi yang diusung juga menjadi pengingat bagi masyarakat di kampung halamannya di Korsel, di mana beberapa buruh bisa bekerja rata-rata hingga 44,6 jam per minggu.

Sementara, di negara-negara OECD di mana Korsel ikut menjadi anggotanya, rata-rata waktu bekerja untuk para pekerja adalah  32,8 jam per minggu (data diterbitkan oleh International Journal of Occupational and Enviromental Health pada tahun 2016).

Terkait nasib buruh itu, salah satu mantan pekerja Korsel mengamini bahwa rangkaian cerita di drama Squid Game ‘sangat sulit’ ditonton.

“Dalam Squid Game, Anda melihat para karakternya berjuang untuk bertahan hidup setelah diberhentikan di tempat kerja, berjuang untuk mengoperasikan restoran ayam goreng atau bekerja sebagai pengemudi ‘daeri’ (layanan di mana pengemudi sewaan biasa membawa pulang orang mabuk). Beberapa adegan (Squid Game) sangat sulit ditonton. Itu mengingatkan saya pada rekan kerja saya yang meninggal,” ujar Lee Chang-keun, mantan pekerja di SsangYong Motors Korsel mengatakan kepada ABC News. Seperti diwartakan Insider, SsangYong Motors sempat memberhentikan ribuan karyawannya saat mengajukan perlindungan kebangkrutan tahun 2009.

Menurut Reuters, unjuk rasa yang dimotori para buruh Korsel telah melanggar kebijakan ketat jarak sosial Covid-19 yang diterapkan pemerintah. Diketahui, dalam aturannya, Korsel hanya mengizinkan pertemuan hingga delapan orang dan kelompok harus mencakup minimal empat orang yang divaksin penuh. Di wilayah lain di Korsel, pertemuan bisa dilonggarkan untuk 10 orang.

Semua unjuk rasa telah dilarang di Seoul atau Daerah Ibu Kota Nasional Seoul yang lebih besar di bawah langkah-langkah jarak sosial yang ketat di kota itu.

Presiden Korsel, Moon Jae-in juga mendorong serikat pekerja untuk tidak berkumpul dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker