Sejarah Tawuran Pelajar di Jakarta dari Dulu Hingga Kini

Abadikini.com, JAKARTA- Tawuran pelajar menjadi momok yang menakutkan pada era tahun 90 dan meledak begitu masif dan radikal di pertengahan tahun 1996. Tawuran menjadi problem yang serius selama 20 tahun lebih, karena telah lebih dari 100 siwa terbunuh dan ribuannya terluka, juga membuat kerusakan besar di berbagai infrastruktur publik, berikut bis, sekolah dan jalan – jalan yang rusak.

Tawuran pelajar mulai menurun di era tahun 2000 – 2002 ketika yayasan PGRI menghilangkan STM yang dibawah kebijakannya. Pada tahun – tahun itu sekolah STM yang di bawah PGRI tidak lagi mengambil siswa baru dengan tujuan memutus rantai musuh yang bernama warisan.

Mengapa dan kenapa hanya sekolah STM PGRI saja yang di hapus? Karena pada era itu STM PGRI penyumbang tertinggi dari maraknya tawuran pelajar. Dulu kala STM Negeri selalu bergandengan dengan STM PGRI, jika paginya anak negeri siangnya di isi anak PGRI.

Era tawuran pelajar pun turun kecuali timbul satu persatu, kasus demi kasus tawuran pelajar terjadi di beberapa bagian sudut jakarta saja dan itu bersifat sporadic dan situasional. Era ini tawuran pelajar hanya melibatkan STM Negeri yang berganti menjadi SMK dan SMK swasta yang berada di bawah yayasan.

Lalu mengapa tawuran pelajar kembali lagi marak saat ini? Apakah problem mendasar dari tawuran pelajar di Jakarta saat ini sama dengan masa era tahun 90 – 2000? Apakah keadaan sosial dan psikologi anak – anak sekolah masa lalu sama dengan masa sekarang? Apa yang membuat mereka kembali menghidupkan musuh warisan tersebut? Untuk apa? Dan apa tujuannya?

Pada era awal tahun 90 perkelahian pelajar berubah bentuk menjadi tawuran pelajar karena banyaknya para siswa yang bersekolah jauh dari rumahnya. Mereka yang merasa terancam akan musuh lalu membentuk sebuah basis (Barisan Siswa) yang naik bus yang sama, baik berangkat mau pun pulang sekolah. Basis ini terdiri dari siswa kelas 3, 2 dan anak kelas 1, rumah mereka saling berdekatan atau kumpulan dari berbagai daerah yang satu jalur dengan bis yang mereka gunakan.

Di era pertengahan tahun 1993 istilah – istilah basis semakin terdengar dan mendapat predikat (status) yang menakutkan dan disegani oleh musuh – musuh. Basis – basis ini lah yang kerap tawuran ketika mereka bertemu dengan basis dari siswa musuh sekolah mereka di jalur yang bersinggungan dengan bis mereka.

Sifat tawuran pun berubah, dari para pelajar yang biasa menyerang musuhnya di sekolah kini berganti dengan menghadang bis – bis sekolah musuh di jalur. Pada era tahun 95 – 96 jalur – jalur bis selalu di lewati oleh hampir semua sekolah yang berbeda, baik musuh atau pun tidak.

Jalur – jalur ini lah yang begitu sulit untuk di antisipasi oleh polisi atau guru untuk mengantisipasi tawuran pelajar. Di jalur ini juga para siswa berhati – hati baik penyergapan yang di lakukan oleh musuh sekolahnya atau pun bertemu secara tidak terduga karena bis mereka bertemu di jalur yang sama.

Basis – basis ini mudah sekali di kenali, karena sebagian mereka Mereka naik bis dengan cara bergelantungan. Pada tahun pertengahan 90an ledakan penduduk di usia remajadi Jakarta menambah beban bagi persoalan tawuran antar pelajar, apalagi trend anak STM menjadi sekolah favorit pada saat itu.Tawuran pelajar pun mengalami kenaikan pesat dan makin masif, radikal, ekstrim dan sulit di antisipasi.

Lalu bagaimana dengan era tawuran pelajar saat ini? di tahun 2012 tawuran kembali merebak. Korban pun kembali berjatuhan. Jika di tahun 2010 sampai di akhir 2011 tawuran pelajar marak terjadi di kota – kota penyanggah, seperti Bekasi, Depok dan Tangerang, kali ini di pertengahan 2012 tawuran pelajar di Jakarta kembali lagi marak.

Akar tawurannya masih sama yaitu musuh warisan, musuh warisan senior atau kakak kelas yang turun temurun masih di dengungkan oleh senior mau pun para alumni yang masih memprovokasi adik – adiknya. Merekalah anak – anak basis (barisan siswa) yang dahulu kerap mewarnai tawuran di Jakarta.

Apakah secara institusi sekolah – sekolah tersebut bermusuhan? Tidak, sama sekali tidak. Mereka lah yang membuat sekolah ini satu sama lain bermusuhan. Jika para guru, penegak hukum dan pemerintah mengawasi anak – anak basis ini, maka tawuran akan mudah di antisipasi, di petakan, dan di eliminir sedini mungkin.

Barisan siswa (basis) inilah yang masih menghidupkan musuh yang bernama warisan dan melestarikan permusuhan ini sampai detik ini. Dan mereka akan menyerang musuh sekolah mereka, baik para pelajar tersebut menjadi anggota basis atau pun bukan, karena tujuan mereka adalah mengalahkan musuh dengan cara kekerasan. Korban tawuran pelajar terus berjatuhan, jika siswa SMA 6 meninggal karena serang, di Payakumbuh, Sahardjo satu korban lagi dari SMA Yayasan Karya meninggal karena di serang oleh SMK Kartika Zeni

Tidak semua anak SMA atau anak STM (SMK) yang terlibat dalam tawuran atau menjadi bagian dari basis. Tapi korban tawuran tidak memandang itu semua. Sampai detik ini tawuran tetap sulit sekali untuk di hentikan. Pertanyaan mendasarnya, apakah sebenarnya kita memahami dan mengerti akar dari tawuran itu sendiri?

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker