Pandemi Covid-19 Telah Merekonstruksi Keimanan dan Ketakwaan Umat Islam

Abadikini.com, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haeda Nashir mengatakan bahwa pandemi Covid memberikan ibrah bagi kaum muslimin untuk dekat kepada Allah SWT.

“Pandemi covid-19 yang datangnya tak diduga sehingga membuat gagap di seluruh dunia ini telah memberi pengalaman yang penting dan memberi banyak ibrah atau ikhtibar, tentu kaum muslimin meyakini bahwa musibah selalu ada korelasi yang bersifat ruhani kepada Allah SWT,” kata Haedar pada Sabtu (17/4) dalam Kajian Ramadan 1442 H yang digelar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.

Mengutip Muhammadiyah.or.id, Ahad (18/4/2021), selain itu, Haedar juga mengatakan bahwa dari pengalaman pandemi covid ini, ada jalan ikhtibar dapat merekonstruksi kembali keimanan, ketakwaan, dan tauhid umat muslim.

“Juga ada rekonstruksi sikap hidup yang bersifat teologis. Terutama di masyarakat Barat setelah era Renaissance, kemudian era Modernisme tumbuh begitu kuat paham atheisme, paham yang anti Tuhan dan anti agama,” terang Haedar.

Haedar menjelaskan penyebab kenapa mereka menjadi anti Tuhan dan agama, karena saat itu agama menjadi sesuatu atau paham yang membelenggu kehidupan masyarakat rasional yang tumbuh di abad pertengahan.

”Mereka lari ke kutub ekstrem yang cenderung menjadi sangat antroposentris, sangat berorientasi pada kemanusiaan dan kehidupan dunia atau yang disebut dengan kehidupan yang secular.Sesungguhnya di Barat pun tumbuh paham humanisme yang begitu sekular yang mendigdayakan manusia lalu ingin meninggalkan Tuhan dan agama,” imbuh Haedar.

Tetapi, lanjut Haedar, setelah perjalanan modernisme itu kemudian menciptakan banyak tragedi seperti Perang Dunia I, Perang Dunia II, korbannya begitu banyak. Kemudian juga kelaparan sejak tahun 1930-an, ada krisis ekonomi dan lain sebagainya. Krisis tahun 1997 mulai ada kebangkitan humanisme yang disebut dengan post humanisme.

”Humanisme tahap lanjut yang mereka mulai rendah hati bahwa ada problem-problem kemanusiaan yang perlu dicandra, di mana modernisme dan masyarakat modern juga perlu percaya pada Tuhan dan agama. Mereka ingin beragama tetapi tidak ingin terikat oleh dogma yang membelenggu kehidupan lahirlah spiritualisme,” jelas Haedar.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker