Trending Topik

Sandiaga Uno Tampilkan Wajah Sendu di Depan Jokowi, Pengamat: Apakah Posisi Kurang Pas?

Abadikini.com, JAKARTA – Pengamat politik Ray Rangkuti menilai bahwa Presiden Joko Widodo seperti tidak memiliki pilihan yang cukup untuk membentuk anggota kabinetnya sendiri. Menurut dia, dominasi partai tetap dipertahankan, hanya posisinya sedikit berubah. Presiden belum sepenuhnya bisa berdiri tegak dihadapan partai politik koalisinya.

Dengan begitu, kata Ray, perubahan anggota kabinet ini, tidak dengan sendirinya mendatangkan angin perubahan di mana presiden terlihat sepenuhnya menguasai anggota kabinetnya. Kelemahan anggota kabinet yang berasal dari partai ini adalah pengabdian kepada dua kepala sekaligus.

Satu kepada presiden, yang lainnya kepada partai. Apa artinya? Kemungkinan masalah yang dihadapi Presiden Jokowi akan sama, yakni mengelola anggota kabinet yang loyalitasnya terbagi. “Oleh karena itu percepatan atau akselerasi seperti harapan pak Jokowi, belum tentu akan terwujud lebih baik dari yang sebelumnya,” kata Ray dalam keterangan tertulis, Selasa (22/12/2020).

Ray yang juga Koordinator Lingkar Masyarakat Madani Indonesia menambahkan, anggota kabinet dari partai akan merasa lebih nyaman, karena mereka dilindungi oleh partai politik masing-masing. Jadi, lanjutnya, ukuran kinerja bukan lagi tolak ukur utama mereka dipertahankan atau digeser, tapi pada aspek kedekatan dan dukungan parpol masing-masing.

Oleh karena itu, meskipun telah berulangkali presiden menyatakan kedongkolannya akan kinerja menterinya, para menteri tetap santai menghadapinya. Selama dukungan partai politik kuat menopang mereka, ancaman atas posisi mereka tidak akan tergoyahkan. “Dalam pandangan inilah mengapa menteri hukum dan HAM misalnya, sekalipun telah berulangkali diminta agar direshuffle presiden, tetap tak diganti-ganti,” jelasnya.

Melihat kenyataan di atas, kata Ray, antusiasme publik atas perubahan kabinet ini tidak terlalu positif, sekalipun tidak negatif. Masyarakat seperti menunda selebrasi optimisme bahwa akan ada perubahan yang lebih maju dan brilian.

“Sambutannya datar saja, sekalipun nama-nama yang ditetapkan cukup populer di kalangan masyarakat. Absennya kemandirian presiden dalam hal menentukan komposisi kabinet menjadi faktor lambannya optimisme publik dibangkitkan,” jelasnya.

Ray juga merespons gerak wajah Sandiaga Uno yang berbeda dengan lima menteri baru yang terlihat ceria. Sandiaga Uno justru menampilkan wajah sendu, seperti tidak ada gairah dan kegembiraan. Hal ini berbeda dengan tampilan biasanya Sandiaga Uno yang selalu ceria, penuh senyum dan optimistis.

“Beban apa yang sedang dipikulnya. Mengapa kecerian alaminya seperti hilang. Apakah ada kekuatan yang memaksanya, apakah ada sesuatu yang mengganjalnya? Apakah karena posisinya dirasa kurang pas? Karena memang dari segi kapasitas, Sandiaga Uno layak menempati menteri perdagangan, bukan pariwisata dan ekonomi kreatif. Layak ditunggu episode berikutnya,” terangnya.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker