Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS Berikan Pelatihan Nelayan Mesin Dual Fuel

Abadikini.com, SURABAYA – Bahan bakar untuk operasional mesin kapal adalah kebutuhan penting bagi nelayan agar tetap bisa melaut mencari ikan untuk mencukupi nafkah bagi keluarga. Apabila bahan bakar langka dan harganya mahal, maka secara otomatis dapat mempengaruhi kehidupan nelayan.

Dengan adanya permasalahan tersebut, maka Dosen dari Departemen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tergerak untuk membantu memberikan solusi atas permasalahan itu dengan mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat (Abdimas).

Tim pengabdi dari Dosen Teknik Sistem Perkapalan ITS terdiri dari 5 orang anggota dari laboratorium mesin kapal atau Marine Power Plan. Mereka adalah Adhi Iswantoro sebagai ketua kegiatan pengabdian masyarakat dan beranggotakan Semin, I Made Ariana, Aguk Zuhdi, dan Beny Cahyono.

Mereka tergabung dalam suatu tim pengabdi yang melakukan kegiatan pelatihan kepada nelayan di daerah Kedung Cowek, Bulak Kenjeran, Surabaya.

“Pelatihan bertemakan modifikasi mesin konvensional menjadi mesin dual fuel (berbahan bakar ganda) yang bertujuan untuk menekan biaya operasional mesin dan juga memberikan bahan bakar alternatif sehingga dapat memberikan manfaat bagi nelayan,” ujar Ketua Tim pengabdi, Adhi dalam rilisnya yang dikutip, Rabu (25/11/2020).

Pada kesempatan tersebut, para Dosen memberikan pelatihan berupa penyampaian materi dan praktek menggunakan mesin diesel yang sudah dimodifikasi, yang sengaja dibawa dari laboratorium untuk ditunjukkan kepada para nelayan. Selain itu juga ada sharing session tentang perawatan dan juga pengoperasian Mesin Dual Fuel.

“Dalam acara tersebut, para nelayan sangat antusias dan sering memberikan pertanyaan kepada tim Dosen. Menurut nelayan, pelatihan ini sangat bermanfaat ditengah mahalnya bahan bakar minyak (BBM) dan kadang langka di pasaran,” tukasnya.

Oleh sebab itu, kata Adhi, penggunaan mesin dual fuel dinilai sangat membantu nelayan karena ada alternatif bahan bakar lain yaitu bahan bakar gas (BBG). Dan gas lebih murah dan mudah didapatkan jika dibandingkan bahan bakar minyak. Gas yang tersedia dipasaran adalah LPG (liquified petroleum gas).

“Dengan jarak tempuh yang sama oleh nelayan Kedung Cowek, jika menggunakan BBM sekali melaut pergi-pulang menghabiskan 8 liter solar, jika dirupiahkan sekitar Rp 80.000,-. Akan tetapi jika menggunakan mesin dual fuel, untuk mesin bensin hanya butuh 1 tabung LPG ukuran 3 kg yang harganya Rp 17.000,-,” ungkap Adhi.

Sementara, untuk mesin diesel hanya butuh 1 tabung LPG ukuran 3 kg yang harganya Rp 17.000,- dan solar 3 liter dengan harga sekitar Rp 30.000,- sehingga jika ditotal menjadi Rp 47.000,-. Maka dengan ini biaya operasional mesin bisa ditekan dan nelayan bisa menghemat pengeluaran.

“Pada saat pelatihan, para Dosen, mahasiswa, dan nelayan tetap menerapkan protokol kesehatan yang berlaku seperti penggunaan masker, pengecekan suhu tubuh dengan thermal gun dan penggunaan hand sanitizer sebelum memasuki lokasi pelatihan,” tambah Adhi.

Para nelayan yang hadir dalam pelatihan sebanyak 25 nelayan. Jumlah nelayan yang ikut pelatihan dibatasi untuk menghindari penyebaran Covid-19. Meskipun sebetulnya jumlah nelayan di daerah tersebut adalah sekitar 120 nelayan.

“Setalah acara selesai, dilakukan pemberian sembako dari para Dosen dan Himpunan mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan kepada para nelayan secara simbolis diwakili oleh ketua nelayan, mengingat beberapa hari sebelumnya terjadi ombak besar dan banjir rob di Kenjeran yang membuat kapal dan rumah mereka rusak,” tutup Adhi Iswantoro.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker