Rakernas Persatuan Alumni GMNI: Melawan Ideologi Transnasional Harus dengan Kerja Konkrit

Abadikini.com, JAKARTA – Ketua Umum DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI), Ahmad Basarah menegaskan bahwa, untuk melawan ideologi transnasional yang saat ini berkembang di Indonesia, diperlukan kerja konkrit di segala bidang, mulai dari bidang politik, ekonomi, sosial, sampai bidang budaya.

Jika nasionalisme dan sistem demokrasi yang sekarang dianut bangsa Indonesia tidak membuahkan hasil nyata yang mensejahterakan apalagi membahagiakan rakyat, dikhawatirkan rakyat akan menoleh pada ideologi lain sebagai alternatif, misalnya ideologi transnasional yang mengusung konsep negara khilafah.

“Jika nilai-nilai Pancasila diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kita membuat kampung-kampung tangguh yang di dalamnya terdapat gotong royong saat bangsa ini menghadapi pandemi Covid-19″.

Rakyat akan merasakan langsung manfaat gotong royong yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila. Inilah yang saya maksud salah satu bentuk kerja konkritnya.

Jika hal tersebut dirasakan banyak masyarakat, mereka tak akan lagi tertarik pada ideologi lain termasuk transnasionalisme yang dikampanyekan para pengusung paham negara khilafah,” ucap Wakil Ketua MPR RI tersebut saat membuka sekaligus memberi kata sambutan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PA GMNI Tahun 2020 secara virtual, Sabtu (29/8/2020).

Ketua Panitia Rakernas PA GMNI, Sonny T. Danaparamita menjelaskan, Rakernas PA GMNI ini dihadiri oleh seluruh DPD PA GMNI se-Indonesia. Mengingat pelaksanaan Rakernas ini berada pada masa pandemi, maka penyelenggaraannya dilakukan secara virtual.

“Rakernas yang sedianya dilaksanakan selama dua hari ini terdiri dari lima sidang pleno dan diharapkan menghasilkan beberapa keputusan strategis, baik yang menyangkut internal organisasi maupun yang menyangkut proses perjalanan bangsa dan negara,” ungkap Sonny.

Pembukaannya sendiri akan diawali dengan Webinar yang mengambil tema “Posisi Alumni GMNI Dalam Menghadapi Tantangan Ideologi Pancasila Di Tengah Ancaman Ideologi Transnasional”.

Selanjutnya, dalam sambutannya Sonny, ia mengatakan, perlunya perhatian yang lebih maksimal kepada jutaan kaum marhaen yang saat ini mengalami kesulitan ekonomi akibat dampak dari pandemi Covid 19.

Untuk itu, Anggota Komisi VI DPR RI ini meminta kepada Ketua Umum DPP PA GMNI untuk mengundanghadirkan Teten Masduki, alumni GMNI yang saat ini menjadi Menteri Koperasi dan UMKM RI.

“Kang Teten perlu hadir di Rakernas, guna menyampaikan beberapa kebijakan negara yang dapat menyelamatkan kaum Marhaen. Secara entitas, PA GMNI yang tersebar di seluruh nusantara, saya rasa juga siap untuk bersinergi ataupun berkolaborasi dalam rangka melakukan berbagai kegiatan untuk pemulihan ekonomi nasional, khususnya di tingkat masyarakat bawah”, terang Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi DPP PA GMNI ini.

Sementara itu, pada Webinar yang dilaksanakan dalam rangka Rakernas yang berlangsung sejak 29-30 Agustus 2020, nampak Wakil Ketua BPIP, Prof Haryono, Kepala BPHN Kemenkumham RI, Benny Riyanto, Hakim Mahkamah Konstitusi RI, Arief Hidayat, serta Direktur Pusat Kajian Pancasila dan Konstitusi Universitas Jember, Bayu Dwi Anggono.

Menurut Ahmad Basarah, jika bangsa Indonesia pandai menjaga memori mereka tentang sejarah bangsa, sesungguhnya tak ada alasan lain buat mereka untuk lari dari Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Menurut catatan sejarah di tanah air, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sesungguhnya sudah tumbuh dan mengakar di tengah nenek moyang bangsa Indonesia jauh sebelum Pancasila sebagai ideologi dilahirkan pada 1 Juni 1945.

‘’Karena itu, faktor penting yang harus diperhatikan dan dijaga oleh suatu bangsa dalam menjaga eksistensi bangsa dan negara mereka dari kehancuran adalah menjaga sejarah bangsa itu sendiri”.

Kaburnya sejarah suatu bangsa dan suatu negara akan menghancurkan bangsa dan negara itu sendiri,’’ lugas Sekretaris Jenderal GMNI periode 1996-1999 tersebut.

Untuk memperkuat argumentasinya, Ahmad Basarah mengutip Sun Tzu yang menyebutkan bahwa, untuk mengalahkan bangsa yang besar tidak perlu dengan mengirim pasukan perang yang besar, tapi cukup dengan menghapus pengetahuan mereka atas sejarah kejayaan leluhur mereka.

“Jika suatu bangsa melupakan sejarah berdirinya negara mereka sendiri, tak akan lama, bangsa dan negara itu akan mengalami kehancuran,’’ lugasnya.

Ketua DPP PDI Perjuangan itu menambahkan, ada tiga cara bisa dilakukan untuk melemahkan sekaligus menjajah suatu negeri; pertama dengan mengaburkan sejarah bangsa itu sendiri.

Kedua, dengan menghancurkan bukti-bukti sejarah bangsa, dan ketiga, dengan memutuskan hubungan mereka dengan para leluhur dengan mengatakan bahwa leluhur mereka bodoh dan primitif.

‘’Soal menjaga dan merawat sejarah bangsa ini penting dilakukan oleh kaum nasionalis yang aktif di GMNI. Mereka tak boleh berhenti mengkaji sejarah bangsa sendiri sebagai bentuk menjaga kewaspadaan nasional demi keutuhan NKRI yang kita cintai,’’ pungkas Ahmad Basarah, di Jakarta.

Senada dengan Ahmad Basarah, Benny Riyanto mengatakan, memori kolektif bangsa tentang sejarah Pancasila harus terus dihidup-hidupkan.

Kerja besar ini penting, kata dia, karena dalam suasana politik yang normal seperti saat ini saja sulit sekali mengajukan perundang-undangan yang bermuatan Pancasila untuk diterima.

Apalagi jika dalam waktu 20-30 tahun mendatang, ketika generasi milenial yang sekarang masih remaja menjadi para pejabat dan penentu kebijakan di negeri ini.

“Generasi milenial pasti lebih jauh lagi jaraknya dengan masa-masa kelahiran Pancasila. Jika kepada mereka tidak diingatkan tentang sejarah bangsa, tentang sejarah Pancasila, sangat mungkin Pancasila akan menjadi masa lalu,’’ tukas Benny.

Di bagian lain, Hakim MK, Arief Hidayat yang juga menjadi salah satu pembicara menyampaikan pentingnya mempertahankan ideologi bangsa dengan memanfaatkan media sosial sebagai arsenal baru.

“Kita isi ruang-ruang publik media sosial dengan narasi ideologi, nilai dan konten Pancasila, konten toleransi, konten kebhinnekaan.

Kita harus menjadi influencer yang menyebarluaskan ajaran Soekarno, agar ajaran proklamator bangsa ini menarik untuk lintas generasi,” tutur Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2015-2018 itu.

Rakernas PA-GMNI ini mengusung tema “Posisi Alumni GMNI Dalam Menghadapi Tantangan Pancasila di Tengah Ancaman Ideologi Trans-Nasional”.

Sebagian peserta mengikuti acara ini secara daring dari dalam dan luar negeri dan dari 34 Pengurus Daerah Persatuan Alumni GMNI di Indonesia, sebagian lain hadir secara fisik.

Tampak hadir anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga Mantan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, juga senior PNI, Waluyo Martosugito dan pengusaha nasional Moerdaya Po.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker