BMKG Jelaskan Mengapa Suhu Malam Musin Kemarau Lebih Dingin

Abadikini.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan mengapa Suhu udara di malam hari musim kemarau lebih dingin dari pada musim hujan di Indonesia.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengatakan Bumi tidak menerima radiasi Matahari sebagai sumber panas pada malam hari di musim kemarau. hal itu menurutnya yang membuat suhu udara di Indonesia menjadi lebih dingin pada malam hari.

“Pada kondisi seperti ini kondisi udara pada malam hari lebih dingin dibanding kondisi udara malam hari di musim hujan,” ujarnya.

Herizal menjelaskan radiasi Bumi bisa terlepas maksimal ke angkasa ketika udara cerah tidak berawan. Sehingga, kondisi itu membuat udara pada malam hari lebih dingin dibanding kondisi udara malam hari di musim hujan.

Lanjut Herizal, berdasarkan pengamatan, daerah dataran tinggi seperti Bandung, Malang, dan Dieng menjadi daerah yang lebih merasakan suhu dingin di malam hari. BMKG mencatat suhu udara di Kota Bandung bisa mencapai 16 derajat Celsius sementara di Lembang mencapai 13,6 derajat Celsius.

Sedangkan di Dieng bahkan dilaporkan bisa menyentuh angka minus 4 derajat Celcius.

Sebaliknya, Herizal mengatakan radiasi Matahari bisa diterima Bumi secara maksimum pada siang hari karena tidak ada awan sebagai penghalang. Hal ini membuat suhu pada siang hari menjadi lebih panas.

Herizal berkata minimnya awan itu disebabkan dominasi angin monsun Australia yang mengalirkan massa udara dingin dan kering dari Benua Australia menuju Asia melewati Samudera Indonesia dan wilayah Kepulauan Indonesia.

Penguatan monsun Australia biasanya berkaitan dengan perkembangan sistem tekanan tinggi di atmosfer, di atas Benua Australia yang mendorong massa udara memiliki aliran yang lebih kuat dari biasanya.

Berdasarkan pengamatan Herizal juga mengatakan wilayah di selatan ekuator, seperti Nusa Tenggara, Bali, Jawa dan Lampung sedang mengalami musim kemarau. Puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi pada Agustus 2020.

“Menjelang dan pada puncak musim kemarau, angin monsun Australia dominan mewarnai cuaca Indonesia di wilayah selatan ekuator yang ditandai langit cerah sepanjang hari dan kelembaban rendah,” ungkapnya.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker