Kasus Polisi Salah Tembak di Poso Hingga Meninggal Masih Ngambang, Kuasa Hukum Pertanyakan

Abadikini.com, POSO – Anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Sulteng Andi Akbar mempertanyakan proses penyidikan terhadap korban salah tembak yang dilakukan polisi di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng). Saat ini pihak keluarga korban yang Meninggal yang bernama Qidam Al Fariski Mofance (20) meminta keadilan.

“Sampai sekarang kasus Qidam jalan di tempat. Tak ada kemajuan sejak kita laporkan tiga bulan lalu. Menurut penyidik Polda Sulteng kasus ini diambi oleh Mabes Polri sementara dari Mabes juga tak ada penjelasan. Ini tak masuk di akal,” kata Sulteng Andi Akbar seperti dikutip Abadikini.com dari Beritasatu.com, Senin (6/7/2020).

Padahal, masih kata Akbar, sudah jelas Kabid Humas Polda Sulteng Kombes Didik Supranoto telah meralat pernyataannya. Didik mengatakan korban tak termasuk dalam daftar pencarian orang (DPO) pelaku tindak pidana teroris Poso yang selama ini sudah beredar.

“Mohon maaf apabila klarifikasi yang disampaikan melalui media ini terkesan terlambat,” kata Didik, Jumat (26/6/2020) lalu. Didik awalnya memang menyebut korban memiliki keterkaitan dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Atas hal tersebut, Akbar mempertanyakan kelanjutan sikap Polri tentang kasus ini.

“Kabid Humas sudah menyatakan demikian, itu pun setelah kami melaporkannya karena ia awalnya menyebut Qidam ditembak karena ia teroris. Lalu jika almarhum bukan teroris, mengapa korban ditembak? Siapa pelakunya?” ujarnya.

Semakin lama kasus ini didiamkan, masih kata Akbar, semakin menunjukkan tidak adanya itikad baik dari kepolisian.

Ia mengingatkan jika kasus pembunuhan adalah delik umum, tanpa ada laporan pun seharusnya tetap diusut demi keadilan dan penegakan hukum.

”Kami segera berkunjung ke Jakarta untuk mencari kejelasan. Kami akan ke Mabes Polri, ke Kontras, ke YLBHI, dan Komnas HAM. Ini supaya segera clear dan ada yang bertanggungjawab,” urainya.

Sebelumnya diberitakan Qidam tewas setelah ditembak saat melintas di belakang Polsek Poso Pesisir Utara pada Kamis, 9 April 2020. Di tubuhnya ditemukan luka tusuk dan sayatan. Saat kejadian ia membawa ransel berisi baju, dan menurut informasi yang dihimpun saat itu ia kabur dari rumah karena masalah internal keluarga.

Menurut keterangan pihak keluarga, semasa hidupnya almarhum bekerja serabutan di salah satu SPBU di Poso dan sebagai buruh bangunan.

Di sisi lain, Polda Sulteng mengaku kasus ini sudah ditangani Oleh Div Propam Mabes Polri dan KorBrimob Polri. Namun dua juru bicara Polri Irjen Argo Yuwono dan Brigjen Awi Setiyono belum merespon secara terpisah terkait perkembangan isu panas ini.

Padahal kematian Qidam kini jadi isu di ibu kota. Kematiannya bahkan menarik perhatian hingga Pengurus Pusat Muhammadiyah. Organisasi besar ini menyurati Kapolri Jenderal Idham Azis terkait tewasnya Qidam yang di nilai tak wajar.

Diduga ia merupakan korban salah sasaran satuan tugas Tinombala yang memang fokus mengejar kelompk Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin Ali Kalora di pegunungan Poso, Sulteng. Saat ini ada 13 terduga teroris yang masuk dalam DPO.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker