Bank Dunia Sebut Jumlah Orang Miskin Bertambah 49 Juta

Abadikini.com, JAKARTA – Pandemi virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19) adalah tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Namun virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini juga menyebabkan tragedi sosial-ekonomi.

Penyebaran virus yang sangat cepat memaksa berbagai negara menerapkan pembatasan sosial (social distancing) bahkan karantina wilayah (lockdown).

Namun kebijakan ini membuat aktivitas dan mobilitas masyarakat menjadi terbatas sehingga roda ekonomi berputar lambat. Akibatnya, lapangan kerja menyusut dan menyebabkan jutaan orang rawan terperosok ke jurang kemiskinan.

“Pandemi virus corona adalah akan menjadi krisis yang berbeda dalam hal dampak sosial-ekonomi. Kami memperkirakan pandemi ini akan membuat 49 juta orang di seluruh dunia masuk ke level kemiskinan ekstrem pada 2020,” sebut Carolina Sanchez-Paramo, Direktur Bank Dunia, dalam tulisannya di blog resmi seperti dilansir CNBC Indonesia.

Wilayah yang diperkirakan paling banyak mencetak kemiskinan baru adalah Sub-Sahara Afrika yaitu 23 juta. Disusul oleh Asia Selatan yakni 16 juta.

Bank Dunia menyebutkan sejumlah karakteristik orang-orang yang berisiko masuk ke jurang kemiskinan ekstrem yaitu:

1. Umumnya tinggal di daerah perdesaan.
2. Sebagian besar bekerja di sektor pertanian, jasa, dan usaha informal.
3. Ketergantungan tinggi terhadap bantuan pemerintah.
4. Tabungan terbatas dan tidak memiliki asuransi.

“Upaya penanggulangan virus yang lebih ketat membuat aktivitas ekonomi terhenti, sehingga membuat orang-orang miskin kehilangan pekerjaan. Pada saat yang sama, kemampuan pemerintah untuk memberi dukungan juga terbatas. Bantuan pemerintah biasanya akan lebih besar kepada sektor formal,” jelas Sanchez-Paramo.

Bank Dunia melakukan survei di beberapa negara untuk mengetahui dampak penurunan pendapatan rumah tangga akibat pandemi virus corona. Di China, hasilnya adalah sekitar 50% penduduk perdesaan kehilangan pendapatan CNY 2.000-5.000 (Rp 4,35-10,97 juta). Akibatnya, rumah tangga terpaksa mengurangi konsumsi nutrisi.

Di Bangladesh, 93% responden mengaku kehilangan pendapatan sampai 75%. Data ini menunjukkan bahwa penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Bangladesh mencapai 89%.

Bank Dunia mengemukakan tiga solusi untuk mengatasi masalah risiko peningkatan kemiskinan ekstrem. Pertama adalah meningkatkan dukungan fiskal kepada rumah tangga yang rentan.

“Misalnya dengan menyediakan Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga miskin sebesar US$ 1/hari. Rumah tangga non-miskin juga perlu diberikan dukungan, karena dampak pandemi virus corona juga dirasakan oleh mereka,” tulis Sanchez-Paramo.

Kedua adalah dengan mempercepat penyaluran bantuan, terutama bagi mereka yang baru saja menyandang status sebagai orang miskin. Data yang sudah ada akan memudahkan pemberian bantuan kepada yang selama ini sudah menerima, tetapi akan ada masalah untuk mereka yang baru layak menjadi penerima.

Ketiga adalah para pengambil kebijakan harus transparan dalam hal dampak dan efektivitas dari kebijakan yang diambil. “Ini bisa dilakukan dengan membuka data kepada publik baik dalam hal jumlah anggaran, penyaluran, dan dampaknya kepada masyarakat,” sebut Sanchez-Paramo.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker