Pasca New York di Lockdown, Donald Trump Mengaku Kesal dengan China

Abadikini.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa dirinya kesal dengan China. Hal ini terkait kurangnya informasi dan kerja sama negara itu, sejak awal corona (COVID-19) mewabah.

“Mereka seharusnya memberi tahu kami tentang ini,” kata Trump dalam konferensi pers reguler di Gedung Putih, Ahad (22/3/2020) waktu setempat, sebagaimana dikutip AFP.

“Saya sedikit kesal dengan China. Saya akan jujur dengan Anda … sebanyak saya suka dengan Presiden Xi dan sebanyak saya menghormati dan mengagumi negara.”

Sebelumnya, pusat bisnis AS akhirnya melakukan lockdown guna mencegah penularan virus corona. Yakni Kota New York dan California.

Gubernur New York Andrew Cuomo telah memerintahkan menutup seluruh wilayah New York atau lockdown mulai efektif Minggu Malam (22/3/2020) pukul 20.00. 
Gubernur California Gavin Newsom telah mengumumkan lockdown dan meminta kepada 40 juta penduduk California untuk tinggal di rumah sejak Kamis (19/3/2020).

Trump mendukung langkah lockdown yang diambil dua wilayah tersebut. Trump menegaskan tidak perlu melakukan lockdown secara nasional karena penyebaran COVID-19 di beberapa negara bagian AS tidak sebanyak di wilayah yang padat penduduknya.

Namun dalam pernyataannya yang dikutip media yang sama, Trump belum bisa memastikan kapan ekonomi AS akan dibuka kembali akan dilakukan.

Di AS, kasus corona kini bertambah menjadi 32.356. Total pasien meninggal sebanyak 414 sedangkan yang sembuh 178 orang.

AS kini menjadi negara ketiga dengan kasus terbanyak setelah China dan Italia. China mencatat 81.054 kasus dengan jumlah pasien meninggal 3.261 dan pasien sembuh 72.440.

Italia mencatat jumlah kasus 59.138. Dengan jumlah pasien meninggal 5.476 dan pasien sembuh 7.024.

Sementara itu ekonom Morgan Stanley mengatakan corona akan membawa AS ke ancaman resesi dalam. Termasuk penurunan 30,1% PDB di kuartal II-2020.

Sebelumnya di pekan lalu, lembaga ini memperkirakan konstaksi 4% dari April hingga Juni. Namun, ditulis Bloomberg, kini mereka mengantisipasi penurunan lebih dalam akibat kenaikan data pengangguran dan penurunan konsumsi.

“Aktivitas ekonomi hampir berhenti pada bulan Maret,” kata para ekonom. “Ketika langkah social distancing meningkat di sejumlah area, kondisi keuangan semakin ketat, efek negatif pada pertumbuhan PDB jadi lebih besar.”

Sumber Berita
CNBC Indonesia

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker