Suami Orang Meninggal Ditangisi, Suami Sendiri Masih Hidup Diomeli

JUDUL di atas saya ambil dari sebuah postingan di media sosial. Konteksnya adalah ketika suami artis Bunga Citra Lestari (BCL), yang juga seorang artis asal negara tetangga Malaysia, Ashraf Sinclair, meninggal dunia, Selasa (18/2/2020) lalu.

Berita seputar hal tersebut memang cukup banyak menghiasi media massa dan jadi perbincangan hangat di media sosial. Saya sendiri lumayan terhanyut dalam kesedihan saat menonton siaran langsung pemakamannya di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat. Saya membayangkan tentu juga banyak orang yang terharu.

Tapi ketika saya membaca postingan di atas, saya tertawa sendiri. Hanya saja tadinya itu saya anggap sekadar lucu-lucuan saja. Sungguh awalnya saya tidak punya niat untuk mengangkatnya sebagai tulisan di Kompasiana.

Tapi begitu tadi pagi, Minggu (23/2/2020), saya menonton berita seputar dunia artis yang ditayangkan salah satu stasiun televisi nasional, saya langsung tergelitik.

Diberitakan bahwa ternyata sampai beberapa hari setelah dimakamkan, masih banyak warga biasa yang bukan keluarga almarhum sengaja datang berziarah ke makam Ashraf.

Alasan mereka sewaktu diwawancarai pihak televisi adalah karena mereka penggemar Ashraf, yang disebut sebagai sosok suami yang ideal. Selain itu mereka juga sekaligus penggemar BCL.

Menurut saya pengaruh media massa dan media sosial sudah demikian besar. Karena dari situlah publik mengetahui betapa pasangan Ashraf-BCL ini selalu terlihat mesra dan jauh dari gosip miring.

Jadi kalau pasangan itu tiba-tiba seperti burung yang sebelah sayapnya patah, wajar saja banyak penggemar mereka yang menangisi. Ini kan ibarat kalau kita menangis saat melihat adegan sedih di sebuah film atau sinetron.

Namun saya menduga sebagian peziarah sebetulnya hanya ingin jalan-jalan melihat komplek San Diego Hills. Bukankah kalau tidak ada anggota keluarga yang dimakamkan di pemakaman mewah itu, orang akan sungkan ke sana? Nanti kalau ditanya petugas keamanan, apa tujuan kedatangan, harus menjawab apa?

Soalnya San Diego Hills bukan destinasi wisata, meskipun tamannya indah seperti yang terlihat pada tayangan televisi. Tak heran beberapa peziarah tidak menunjukkan ekspresi sedih, justru seperti orang yang lagi berekreasi.

Tapi bila orang berkunjung walaupun tidak punya keluarga yang dimakamkan di sana, sebetulnya juga tidak apa-apa. Toh bisa saja alasan untuk menjajaki membeli kavling “rumah masa depan” di sana.

Kembali ke judul tulisan ini, bila ada perempuan yang menangisi kepergian Ashraf ke alam baka, itu suatu hal yang tidak bisa dibandingkan dengan omelan perempuan yang sama terhadap suaminya yang pulang ke rumah sehabis menarik ojek, karena tidak membawa uang yang cukup agar dapurnya berasap.

Soal tangisan buat Ashraf adalah dunia mimpi yang memang diperlukan sebagai selingan dari kehidupan sehari-hari yang keras. Adapun mengomel pada suami sendiri adalah dunia nyata yang keras itu tadi.

Tak usah malu kalau masih bersedih dengan kepergian artis pujaan, lalu setelah itu ngomel-ngomel ke pasangannya sendiri. Jangan ngomel ke pasangan orang lain, nanti malah bisa jadi perang dunia. Dunia ini memang seperti itu.

Oleh: Irwan Rinaldi Sikumbang

Sumber Berita
Kompasiana

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker