Forever 21 Bangkrut, Do Won Chang Jual Aset Senilai Rp1,1 Triliun

Abadikini.com, JAKARTA – Tahun lalu merupakan tahun buruk bagi pasangan Do Won Chang dan Jin Sook, sebagai pemilik rantai bisnis Forever 21.

Bisnis ritel mereka dinyatakan bangkrut dan ratusan gerai secara global setop beroperasi. Bisnis yang pada masa jayanya ini bisa meraup US$ 4,4 miliar atau setara Rp 60 triliun, kini dilepas senilai Rp 1,1 triliun.

Menurut pengajuan pengadilan kebangkrutan hari Ahad (2/2/2020) tuan tanah terbesar Forever 21, Simon Property Group dan Brookfield Asset Management, serta Authentic Brands Group, telah mencapai kesepakatan konsorsium dengan perusahaan dan akan segera membelinya. Meski begitu, penjualan sedang menunggu persetujuan dari hakim.

Chang, yang menggembar-gemborkan kekayaannya hampir US$ 6 miliar pada tahun 2015, memiliki awal kehidupan yang sederhana. Mereka berimigrasi ke Amerika Serikat dari Korea Selatan pada tahun 1981 dengan sedikit uang dan tanpa pendidikan tinggi.

Pada awalnya, Do Won melakukan tiga pekerjaan, termasuk melakukan pekerjaan kebersihan, memompa gas dan bekerja di sebuah kedai kopi, sementara Jin Sook bekerja sebagai penata rambut.

Mereka mulai mewujudkan American Dream selama tiga tahun kemudian, membuka toko pakaian pertama mereka, Fashion 21, di Los Angeles menggunakan tabungan US$ 11.000.

Toko itu sukses, menghasilkan pendapatan US$ 700.000 di tahun pertamanya. Chang terus maju, membuka toko baru setiap enam bulan. Pada 2011, perusahaan memiliki 480 toko secara global dan pendapatan lebih dari US$ 2 miliar dan menurut Forbes kekayaan bersih mereka diperkirakan menjadi US$ 2,2 miliar, membuat mereka duduk sebagai miliuner untuk pertama kalinya.

Tidak berhenti di situ, dalam empat tahun ke depan, kekayaan bersih pasangan itu hampir tiga kali lipat yaitu menjadi US$ 6 miliar dan mereka pun membuka 300 lebih banyak toko, menargetkan remaja sebagai segmentasi marketnya di beberapa kota, seperti Tokyo, Amsterdam, Riyadh dan Sao Paulo.

Chang bahkan menetapkan target lebih tinggi, yang bertujuan menjadikan Forever 21 bisnis senilai US$ 8 miliar pada 2017. Anak perempuan mereka, Esther dan Linda, juga dikabarkan bergabung dengan perusahaan itu.

Tetapi bisnis mengalami penurunan di tengah lesunya ritel. Pada tahun 2016, penjualan turun sekitar 10% menjadi US$ 4 miliar, diakhiri dengan penurunan 15% menjadi US$ 3,4 miliar pada tahun berikutnya.

Sementara pesaing seperti Zara dan H&M terus berkembang dengan berinvestasi dalam penawaran online mereka dan menghasilkan desain baru yang up to date, Forever 21 semakin tertinggal. Perusahaan mengurangi ekspansi yang cepat dan kekayaan bersih Chang pun berkurang setengah menjadi US$ 3,1 miliar pada tahun 2018.

Pada Juli 2019, Bos Forever 21 keluar dari daftar Billionaires Forbes, hanya dua bulan sebelum perusahaan mereka mengajukan kebangkrutan. Pada bulan Oktober, perusahaan mengumumkan bahwa mereka akan menutup hampir 200 toko di AS dan semua lokasi di Jepang untuk menghemat biaya sewa.

Beberapa penutupan utama telah dilakukan di pasar Asia seperti Taiwan dan Hong Kong. Sementara di Indonesia hanya mengalami perampingan lokasi dan tidak terjadi penutupan.

Perusahaan menyampaikan nada optimis dalam surat liburannya, meyakinkan para pelanggannya bahwa Forever 21 lebih kuat dari yang pernah dimiliki, kemungkinan berharap untuk kesepakatan restrukturisasi daripada penjualan langsung.

Chang yang memiliki Forever 21 secara penuh, akan menerima US$ 81 juta (Rp 1,1 triliun) dari kesepakatan tersebut dan melepas kendali bisnis yang dibangun mereka selama 36 tahun ini.

Sumber Berita
CNBC Indonesia
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker