Latih Barcelona, Filosofi Setien Hampir Serupa Guardiola

Abadikini.com, JAKARTA – Quique Setien berpeluang besar mengembalikan permainan tiki taka di Barcelona yang hilang sejak kepergian Pep Guardiola dan Tito Vilanova.

Setien bukan pelatih top dan akrab dengan gelar. Prestasi terbaik pria asal Spanyol itu hanya sebatas gelar Piala Super Spanyol, itu pun diraih saat jadi pemain Atletico Madrid pada 1985 silam.

Meski demikian, pelatih berusia 61 itu punya filosofi permainan bola-bola pendek yang hampir menyerupai Guardiola dan Vilanova. Vilanova sendiri meneruskan gaya tiki taka Guardiola yang berhasil mempersembahkan 14 gelar selama empat musim di Barcelona.

Ciri khas Barcelona itu perlahan luntur saat kursi pelatih ditempati Gerardo Martino, Luis Enrique, dan Ernesto Valverde meski Blaugrana tetap meraih gelar. Dari ketiga pelatih tersebut, hanya Enrique yang masih memberikan porsi cukup banyak bagi Lionel Messi dkk memainkan bola dari kaki ke kaki.

Enrique mengombinasikan permainan bola-bola pendek dengan direct play yang langsung mengarah ke Luis Suarez sebagai targetman di ini depan.

Pendekatan permainan ini kontras dengan Setien. Juru racik formasi kelahiran Santander itu bisa dikatakan anti bola-bola panjang.

Ciri permainan itu dominan terlihat saat Setien membuat Real Betis jadi tim kuda hitam La Liga musim 2017/2018. Permainan ofensif dan permainan bola-bola pendek dari penjaga gawang mengantarkan Los Verdiblancos finis di posisi keenam klasemen akhir.

Di musim tersebut, Setien menggunakan pakem formasi 3-5-2 . Betis asuhan Setien selalu bermain dengan garis pertahanan tinggi, menuntut kreativitas pemain di lini tengah, dan jarak antara pemain depan wajib selalu berdekatan.

Khusus di lini tengah, Setien sudah punya pakem tetap yaitu dua pemain kreatif dan satu gelandang bertahan yang piawai mengalirkan bola. Di musim 2017/2018, Setien mengandalkan Fabian Ruiz dan Andres Guardado sebagai gelandang kreatif yang didukung Javi Garcia sebagai gelandang bertahan.

Sedangkan di musim 2018/2019, mantan pelatih Las Palmas itu mengandalkan Guardado dan Giovani Lo Celso yang dipinjam dari Paris Saint-Germain. Tugas sebagai gelandang bertahan yang mengalirkan bola diemban William Carvalho yang direkrut dari Sporting Lisbon.

Pakem dua gelandang kreatif dan satu gelandang bertahan ini sesuai dengan selera Guardiola. Kala itu, Guardiola mengandalkan trio Sergio Busquets, Xavi Hernandez, dan Andres Iniesta yang begitu ditakuti di Spanyol serta Eropa.

Pola serupa bisa mudah diterapkan Setien bersama Barcelona di sisa musim ini. Hal ini dikarenakan tim Catalonia masih memiliki pemain seperti Busquets maupun Arthur dan Frenkie De Jong yang kuat dalam penguasaan bola dan visi permainan bagus.

Di era Valverde, ketiga pemain ini jarang tampil bersama. Mantan pelatih Athletic Bilbao itu biasanya hanya memakai satu gelandang bertahan, satu gelandang kreatif, dan seorang gelandang petarung yakni Arturo Vidal.

Kedatangan Setien juga bisa membuat kapten tim, Lionel Messi lebih berbahaya dibandingkan sebelumnya. Dengan dukungan dua gelandang kreatif, La Pulga bisa lebih leluasa sebagai motor permainan tim.

Bukan mustahil, Messi bisa mencetak lebih dari 40 gol semusim di La Liga yang terakhir kali ditorehkan musim 2014/2015 saat Barcelona masih diarsiteki Enrique.

Sumber Berita
CNN Indonesia

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker