Kegagalan dan Penyesalan Intelijen Iran Amankan Operasi Rahasia Terakhir Jenderal Qassim Sulaimani

Abadikini.com, JAKARTA — Jenderal Qassim Sulaimani tiba di bandara Damaskus dengan sebuah kendaraan berkaca gelap. Empat tentara dari Garda Revolusi Iran ikut bersamanya. Mereka parkir di dekat tangga menuju sebuah pesawat Cham Wings Airbus A320, tujuan Baghdad.

Sulaimani maupun empat tentara tersebut tak terdaftar dalam manifes penumpang, menurut pegawai Maskapai Cham Wings yang menjelaskan keberangkatan mereka melalui ibu kota Suriah tersebut kepada Reuters.

Sulaimani menolak menggunakan pesawat pribadinya karena khawatir dengan keamanannya, kata sumber keamanan Irak yang mengetahui mekanisme pengamanan Sulaimani.

Penerbangan dengan pesawat penumpang tersebut adalah penerbangan terakhir Sulaimani. Roket ditembakkan dari pesawat tanpa awak AS yang menewaskannya saat dia meninggalkan bandara Baghdad dalam sebuah iring-iringan dua kendaraan lapis baja.

Dalam penyerangan tersebut, tewas juga orang yang menjemputnya di bandara: Abu Mahdi Al Muhandis, Wakil Kepala Pasukan Mobilisasi Populer Irak (PMF).

Penyelidikan Irak atas serangan 3 Januari tersebut dimulai beberapa menit setelah serangan, kata dua pejabat keamanan Irak kepada Reuters, dikutip dari Aljazeera, Jumat (10/1/2020).

Agen Keamanan Nasional menyegel bandara dan melarang puluhan petugas keamanan meninggalkan bandara, termasuk polisi, pegawai bagian pemeriksaan paspor dan agen intelijen.

Penyelidik fokus bagaimana informan yang dicurigai di Damaskus dan bandara Baghdad bekerja sama dengan militer AS untuk menelusuri posisi Sulaimani. Pihak-pihak yang diperiksa yaitu dua pegawai bandara Baghdadh, dua pejabat polisi dan dua petugas maskapai asal Suriah Cham Wings, maskapai komersial pribadi yang memiliki markas di Damaskus.

Penyelidikan dipimpin Falih al-Fayadh, yang bertugas sebagai Penasihat Keamanan Nasional Irak dan Kepala PMF, badan yang mengkoordinasikan milisi Syiah Irak, yang didukung Iran dan memiliki kedekatan dengan Sulaimani.

Penyelidik agen Keamanan Nasional memiliki dugaan kuat bahwa sebuah jaringan mata-mata di dalam Bandara Baghdad terlibat dalam membocorkan rincian informasi keamanan sensitif atas kedatangan Sulaimani kepada AS, kata salah satu pejabat keamanan Irak.

Pihak yang dicurigai termasuk dua petugas keamanan di bandara Baghdad dan dua pegawai Cham Wings – “seorang mata-mata di bandara Damaskus dan satu orang lainnya bekerja di maskapai tersebut,” kata sumber tersebut.

Penyelidik dari Keamanan Nasional meyakini empat terduga, yang belum ditangkap, menjadi bagian kelompok besar yang bertugas mengumpulkan informasi untuk militer AS, kata pejabat tersebut.

Dua pegawai Cham Wings tengah diselidiki intelijen Suriah, kata dua pejabat keamanan Irak tersebut.

Direktorat Jenderal Intelijen Umum Suriah tak merespons permintaan konfirmasi.

Tim Informan

Di Baghdad, agen-agen Keamanan Nasional sedang menginvestigasi dua petugas keamanan bandara, yang merupakan bagian Badan Perlindungan Fasilitas Irak, kata salah satu pejabat keamanan Irak.

“Temuan awal tim investigasi Baghdad menunjukkan bahwa petunjuk pertama tentang Sulaimani berasal dari bandara Damaskus,” kata pejabat itu.

“Tugas sel (mata-mata) bandara Baghdad adalah mengkonfirmasi kedatangan target dan detail konvoinya.”

Badan Keamanan Nasional Irak tidak menanggapi permintaan komentar, begitu juga dengan perwakilan Irak untuk PBB di New York.

Departemen Pertahanan AS menolak berkomentar apakah informan di Irak dan Suriah berperan penting atas serangan tersebut.

Pejabat AS, yang tak mau disebutkan namanya, kepada Reuters menyampaikan AS menelusuri pergerakan Sulaimani berhari-hari sebelum serangan tapi menolak menyebut bagaimana militer menunjukkan lokasi pada saat serangan.

Manajer Cham Wings di Damaskus mengatakan pegawainya dilarang mengomentari serangan maupun investigasi tersebut. Juru bicara Otoritas Penerbangan Sipil Irak, yang mengoperasikan bandara di Irak, juga menolak berkomentar.

Detik-Detik Terakhir Sulaimani

Pesawat yang ditumpangi Sulaimani mendarat di bandara Baghdad sekitar pukul 12.30 pada 3 Januari, menurut dua pejabat bandara, berdasarkan rekaman kamera keamanan.

Panglima Pasukan Garda Revolusi Iran dan pengawalnya keluar pesawat melalui tangga yang langsung menuju landasan, melewati imigrasi.

Abu Mahdi Al Muhandis menemuinya di landasan, dan keduanya menuju kendaraan lapis baja yang telah menunggu. Para pengawal masuk ke dalam kendaraan roda empat lapis baja lain, kata para pejabat bandara.

Setelah petugas keamanan bandara memeriksa, dua kendaraan lapis baja itu menuju jalan utama keluar bandara. Roket pertama menghantam kendaraan yang membawa Sulaimani dan Al Muhandis pukul 12.55. Dan beberapa saat kemudian menghantam kendaraan yang membawa para pengawal.

Sebagai komandan pasukan elit Al Quds Garda Revolusi, Sulaimani melakukan operasi rahasia dengan negara-negara asing dan merupakan figur kunci Iran dalam kampanye mendorong penarikan pasukan AS dari Irak.

Dia menghabiskan bertahun-tahun menjalankan operasi rahasia dan melahirkan para pemimpin milisi di Irak untuk memperluas pengaruh Iran dan memerangi kepentingan AS.

Reuters melaporkan pada Sabtu bahwa, mulai Oktober, Sulaimani secara diam-diam telah meluncurkan serangan lanjutan terhadap pasukan AS yang ditempatkan di Irak dan melengkapi milisi Irak dengan persenjataan canggih untuk melaksanakan tujuan tersebut.

Serangan terhadap jenderal itu memicu kemarahan yang meluas dan sumpah balas dendam Iran. Pada Rabu, Iran membalas dengan serangan rudal ke dua pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS. Tidak ada tentara Amerika atau Irak yang terbunuh atau terluka dalam serangan itu.

Beberapa jam setelah serangan itu, para penyelidik meneliti semua panggilan masuk dan pesan teks oleh staf shift malam bandara untuk mencari tahu siapa yang menginformasikan kepada AS tentang pergerakan Sulaimani, kata pejabat keamanan Irak.

Agen Keamanan Nasional melakukan interogasi selama berjam-jam terhadap petugas keamanan bandara dan Cham Wings, kata sumber tersebut. Seorang petugas keamanan mengatakan agen menanyai dia selama 24 jam sebelum membebaskannya.

Selama berjam-jam, mereka memberitahunya tentang siapa yang dihubungi atau dikirimi SMS sebelum pesawat Sulaimani mendarat – termasuk “permintaan aneh” terkait penerbangan Damaskus – dan menyita ponselnya.

“Mereka menanyakan sejuta pertanyaan,” katanya.

Sumber Berita
Merdeka

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker