Trending Topik

10 Perusahaan Senjata AS Ini Raup Untung Selangit Akibat Perang

Abadikini.com – Iran menembakkan 22 rudal balistik ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS), Rabu (8/1). Aksi ini sebagai balas dendam setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan membunuh Panglima Garda Revolusi Mayor Jenderal Qassim Sulaimani.

Meski Trump belakangan menarik diri takkan mengerahkan militer AS dan lebih memilih ‘menyerang’ Iran lewat sanksi ekonomi, peluang perang terbuka antara kedua negara masih terbuka lebar.

Jika perang terjadi tentu saja akan banyak menimbulkan kerugian baik secara materi maupun jiwa di kedua belah pihak. Namun, ada juga pihak yang diuntungkan dengan terjadinya perang. Pihak yang diuntungkan tersebut adalah perusahaan senjata.

Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), penjualan senjata global mencapai USD 420 miliar pada 2018. Penjualan senjata ini naik 4,6 persen dari 2017. SIPRI juga mengatakan bahwa perusahaan Amerika Serikat paling banyak diuntungkan selama perang berlangsung.

“Perusahaan-perusahaan AS sedang mempersiapkan program modernisasi senjata baru yang diumumkan pada tahun 2017 oleh Presiden Trump,” Aude Fleurant, Direktur Program Pengeluaran Senjata dan Militer SIPRI.

Berikut perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang paling diuntungkan saat perang terjadi:

Lockheed Martin Corp

Lockheed Martin menjadi perusahaan pembuat senjata dan pertahanan terbesar di dunia. Perusahaan yang berada di Bethesda, Maryland, ini menghasilkan keuntungan USD 47,26.

Perusahaan AS ini membuat berbagai macam pesawat militer, seperti jet tempur F-16, F-22, dan F-35, serta teknologi sonar, kapal, sistem pertahanan rudal yang digunakan oleh Angkatan Laut. Lockheed memiliki sekitar 70 persen dari penjualan bersih senilai USD 53,8 miliar pada tahun 2018. Penjualan bersih itu berasal dari pemerintah AS, lebih dari seluruh anggaran dari Badan Pendapatan Internal dan Badan Perlindungan Lingkungan.

Boeing

Selama perang, menurut SIPRI, perusahaan asal AS, Boeing menghasilkan keuntungan USD 29,15 miliar dari penjualan senjata dan layanan militer pada tahun 2018. Kemudian keuntungan 29 persen didapat dari kontrak pertahanan. Sebagian besar pendapatan Boeing berasal dari penjualan pesawat komersial seperti 737, 747, 767, 777, dan 787 family.

Northrop Grumman

Northrop Grumman, yang didirikan di Hawthorne, California, pada tahun 1939, dikenal sebagai pembuat pembom siluman B-2. Menurut SIPRI, Northrop Grumman menghasilkan USD 26,19 miliar dari penjualan senjata dan layanan militer pada tahun 2018, naik 14 persen dari 2017.

Perusahaan Northrop Grumman Corp juga dianggap sebagai bagian dari industri untuk mempersiapkan program modernisasi militer seperti yang diinginkan Trump pada 2017, yang meliputi pembentukan Pasukan Luar Angkasa.

Raytheon

Kontraktor pertahanan terbesar ke empat di dunia, Raytheon adalah pembuat senjata presisi jarak jauh yang berpusat di Waltham, Massachusetts. Ini adalah salah satu dari lima kontraktor layanan senjata dan militer yang berbasis di AS yang mendominasi kontraktor pertahanan top dunia.

Raytheon memiliki pelanggan setia di 80 negara. Menurut SIPRI, perusahaan ini memiliki pendapatan sebesar USD 27,06 miliar pada 2018, sebanyak 87 persen dari keuntungan itu didapat dari penjualan senjata dan kontrak pertahanan.

Kemudian Raytheon juga membuat berbagai macam rudal berpemandu presisi permukaan-ke-permukaan, permukaan-ke-udara, dan udara-ke-udara.

General Dynamics

Perusahaan yang menjual berbagai jenis senjata ini didirikan pada tahun 1952. Seluruh senjata dan kendaraan tempur yang dijual General Dynamics, seperti rudal, kapal perang, kapal selam, dan roket. Senjata-senjata itu kemudian dijual ke semua cabang militer AS selama beberapa dekade.

Perusahaan ini memiliki kontrak sejak 2018 senilai USD 4,8 miliar untuk membangun DDG-51, kapal perang yang digunakan oleh Angkatan Laut AS Pada 2019. Dalam akuisisi terbesar dalam sejarah perusahaan, General Dynamics pada April 2018 mengakuisisi TI CSRA sebesar USD 9,7 miliar. Menurut General Dynamics, akuisisi ini adalah pendorong utama pertumbuhan pendapatan sebesar 16,9 persen pada 2018.

United Technologies Corp

United Technologies Corp menjadi salah satu kontraktor pertahanan terbesar di dunia. Perusahaan ini memiliki anak perusahaan, yakni Collins Aerospace dan Pratt & Whitney. Collins Aerospace merancang dan menjual sistem yang canggih untuk helikopter militer, sistem autopilot, dan sistem peringatan senjata berpemandu laser.

Kemudian Pratt & Whitney mendesain dan memproduksi mesin yang saat ini digunakan oleh 34 militer di seluruh dunia. Salah satunya kendaraan tempur militer AS, jet tempur F-22 Raptor, F-16, dan F-15, serta C-17 Globemaster III.

L-3 Technologies

L-3 Communications mengubah nama perusahaannya menjadi L-3 Technologies pada 31 Desember 2016. Menurut SIPRI, total keuntungan penjualan senjata L-3 Technologies pada 2018 sebesar USD 8,3 miliar. Keuntungannya naik 4 persen dari 2017. Perusahaan ini membuat produk dan layanan intelijen, pengawasan, dan pengintaian di Amerika Serikat, Kanada, Brasil, Eropa, Korea Selatan, India, Arab Saudi, dan Australia.

L-3 juga merancang sistem distribusi daya dan teknologi komunikasi untuk kapal selam Angkatan Laut AS. Pada 2018, L-3 Technologies memiliki kontrak untuk membangun peningkatan sistem dari gangguan udara Angkatan Laut AS dan meningkatkan sistem elektronik pada C-130H taktis airlifter.

Huntington Ingalls Industries

Perusahaan pembuatan kapal Huntington Ingalls Industries dari Newport News, Virginia, merupakan satu-satunya produsen kapal induk bertenaga nuklir untuk Angkatan Laut AS. Sekitar 70 persen armada laut AL AS dibuat oleh Huntington Ingalls Industries. Menurut SIPRI, HII memiliki pendapatan sebesar USD 7,2 miliar pada tahun 2018.

Beberapa kontrak utama yang diberikan kepada HII pada tahun 2019 termasuk satu perencanaan layanan desain untuk kapal selam bertenaga nuklir senilai lebih dari USD 454 juta.

Honeywell International

Honeywell International menjual perangkat lunak dan layanan konsultasi di berbagai industri, termasuk perawatan kesehatan, minyak dan gas, manufaktur, dan industri senjata. Selama beberapa dekade, Honeywell memiliki kontrak dengan Angkatan Darat AS untuk mengembangkan sistem senjata jarak jauh, sistem operasi untuk pesawat tak berawak, dan sistem navigasi rudal.

Perusahaan ini menghasilkan keuntungan USD 5,4 miliar dari penjualan senjata pada tahun 2018. Keuntungan ini meningkat 19 persen dari 2017. Perusahaan ini juga memproduksi lebih dari 6.000 mesin T55, mesin helikopter Chinook yang digunakan Angkatan Darat.

Leidos

Perusahaan teknologi yang berbasis di Virginia, Leidos, memiliki pendapatan tahunan sebesar USD 10,2 miliar pada tahun 2018. Setengah pendapatannya berasal dari divisi pertahanan dan intelijen perusahaan.

Layanan perusahaan meliputi infrastruktur TI, analisis data, keamanan dunia maya, logistik, pengembangan dan pemeliharaan kendaraan dan peralatan pengawasan, dan konsultasi. Klien pertahanannya meliputi Angkatan Udara AS, Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan NATO.

Sumber Berita
Merdeka

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker