Reaksi China atas Tuduhan Rayu Ormas Islam Besar di Indonesia soal Uighur

Abadikini.com, JAKARTA –  China tak banyak menanggapi laporan yang menuding pemerintahan Presiden Xi Jinping berupaya merayu sejumlah organisasi Islam besar di Indonesia agar tak lagi mengkritik kebijakan terhadap etnis Uighur di Xinjiang.

Melalui kedutaan besar di Jakarta, China menyatakan tak ada hal yang ditutup-tutupi pemerintah soal kebijakan di Xinjiang kepada komunitas internasional.

Kedubes China mengatakan bahwa Xinjiang terbuka bagi dunia luar.

Berdasarkan data yang mereka punya, sejak akhir 2018 China telah mengundang lebih dari 1.000 orang dari sekitar 70 kelompok yang berasal dari 91 negara untuk mengunjungi Xinjiang.

“Dan semua yang sudah pergi ke Xinjiang secara umum mengatakan bahwa apa yang mereka lihat dan dengar sangat berbeda dari gambaran yang selama ini dipaparkan politikus Amerika, Barat, dan media,” kata Kepala Media dan Diplomasi Publik kedutaan besar China di Jakarta, Huang Hui, saat dikonfirmasi, Jumat (13/12) dilansir Abadikini dari CNN.

Huang menegaskan kembali bahwa kebijakan yang diterapkan China di Xinjiang berlaku demi keamanan dan stabilitas wilayah itu.

Menurut dia, pendidikan vokasi yang selama ini diterapkan di Xinjiang merupakan salah satu upaya pemerintah China meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Xinjiang dan memerangi terorisme serta ekstremisme.

“Melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan penegakkan hukum, dan secara sah mendirikan pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan di XInjiang telah mengintensifkan upaya pemerintah memerangi terorisme dan ekstremisme,” kata Huang mengutip pernyataan pejabat lokal di Xinjiang.

Laporan the Wall Street Journal (WSJ) yang ditulis Rabu (11/12), memaparkan China mulai menggelontorkan sejumlah bantuan dan donasi terhadap ormas Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama setelah isu Uighur kembali mencuat ke publik pada 2018 lalu.

Saat itu, isu Uighur mencuat usai sejumlah organisasi HAM internasional merilis laporan yang menuding China menahan satu juta Uighur di kamp penahanan layaknya kamp konsentrasi di Xinjiang.

Beijing bahkan disebut membiayai puluhan tokoh seperti petinggi NU dan Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), akademisi, dan sejumlah wartawan Indonesia untuk berkunjung ke Xinjiang.

Hal itu, papar WSJ, terlihat dari perbedaan pendapat para tokoh senior NU dan Muhammadiyah soal dugaan persekusi Uighur sebelum dan setelah kunjungan ke Xinjiang.

Namun, laporan tersebut sudah dibantah oleh tiga organisasi itu. Baik NU, Muhammadiyah dan MUI menyatakan tuduhan itu tidak benar.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker