Arab Saudi Buka Dialog dengan Pemberontak Yaman

Abadikini.com, JAKARTA – Pemerintah Arab Saudi menyatakan telah membuka dialog dengan para pemberontak Houthi di Yaman untuk mengakhiri perang sipil.

Diskusi ini diharapkan dapat mengakhiri perang sipil yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Diskusi ini muncul setelah Arab Saudi menjadi perantara untuk pembagian kekuasaan antara pemerintah Yaman dan separatis.

“Kami telah membuka dialog dengan pemberontak Houthi sejak tahun 2016. Kami akan melanjutkan dialog tersebut untuk mendukung perdamaian di Yaman. Kami tidak menutup dialog dengan mereka,” ungkap seorang pejabat senior Arab Saudi, Rabu (6/11) melalui keterangan resmi seperti dilansir AFP via CNN.

Namun pejabat itu tidak memberikan keterangan lebih detail mengenai bentuk dialog antar keduanya. Pihak pemberontak Houthi pun belum memberikan tanggapan terkait hal tersebut.

Selain Arab Saudi, Amerika Serikat dilaporkan juga melakukan dialog dengan kelompok pemberontak tersebut. Asisten Sekretaris Urusan Timur Tengah, David Schenker pada September lalu membenarkan hal tersebut.

Meski ia tidak menyebutkan apakah AS melakukan dialog terpisah dengan para pemberontak, tetapi jika hal itu bisa saja terjadi saat proses dialog dengan Arab Saudi yang merupakan salah satu sekutu utamanya.

Pernyataan dari Arab Saudi tersebut disampaikan di tengah lambatnya implementasi dari kesepakatan gencatan senjata yang penting untuk pelabuhan kapal bantuan di Hodeida yang telah disetujui antara pemerintah dan para pemberontak di Swedia pada tahun lalu.

Kesepakatan itu dianggap sebagai kesempatan terbaik yang didapat Yaman untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama empat tahun. Akan tetapi, hal itu tampaknya belum dilakukan mengingat adanya pelanggaran dari kedua pihak.

“Jika pemberontak Houthi serius dalam mengurangi serangan dan menerima ajakan untuk berdialog, Arab Saudi akan mendukung tuntutan mereka dan mendukung semua partai politik untuk mencapai solusi politik,” kata pejabat Arab Saudi tersebut.

Di sisi lain, pemberontak Houthi telah menawarkan upaya untuk menghentikan semua bentuk serangan terhadap Arab Saudi. Uapaya ini dilakukan sebagai inisiatif damai yang kemudian dilanjutkan dengan membuat proposal baru di tengah serangan udara dari koalisi Arab Saudi.

Tawaran ini diajukan setelah Houthi menyatakan bertanggung jawab atas semua serangan terhadap dua kilang minyak di Arab Saudi pada 14 September lalu. Akibat serangan tersebut, setengah dari produksi minyak milik OPEC lumpuh. AS dan Arab Saudi lantas menuduh Iran sebagai dalang di balik serang tersebut, kendati kemudian dibantah.

Dialog ini dilakukan setelah Arab Saudi menjadi penengah dalam perjanjian antara pemerintahan Yaman dan kelompok pemberontak Houthi setelah sebelumnya menghentikan berbagai serangan rudal balistik dan pesawat nirawak selama beberapa minggu terakhir.

Pemerintah Yaman dan kelompok separatis menandatangani perjanjian pembagian kekuasaan yang disebut Perjanjian Riyadh pada Selasa kemarin sebagai upaya untuk mengakhiri konflik yang telah mengalihkan koalisi dari pertempuran melawan pemberontan Houthi.

Perjanjian Riyadh dianggap para pengamat akan membuka kesepakatan perdamaian yang lebih luas, di mana hal itu terbukti karena perjanjian itu menjadi batu loncatan dalam upaya mengakhiri konflik dan akan membuat pemerintah kembali ke Aden dan menempatkan pasukan bersenjata dari kedua sisi di bawah wewenang kementerian pertahanan dan dalam negeri.

“Perjanjian itu mencegah runtuhnya aliansi pasukan Yaman yang telah didukung Arab Saudi sejak intervensi di Yaman pada 2015 lalu untuk mencegah pemberontak Houthi mengambil alih negara. Pertanyaannya ialah apakah perjanjian itu dapat berperan sebagai perantara ke penyelesaian politik nasional atau hanya sebagai jeda sebelum kekerasan yang akan terjadi di masa mendatang,” kata analis dari Kelompok Krisis Internasional, Peter Salisbury.

Pada tahun 2015, koalisi Arab Saudi melakukan intervensi ke Yaman setelah pemberontak Houthi menutup kota Aden hingga menyebabkan Presiden Abedrabbo Mansour Hadi kabur ke dalam pengasingan di Arab Saudi.

Arab Saudi dilaporkan mengharapkan kemenangan dari pasukan Houthi. Kendati hal itu menyebabkan kerugian hingga triliunan dolar dan menghancurkan reputasi Yaman yang merupakan negara Arab termiskin di dunia.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker