Di Hari Raya Idul Adha, Al-Aqsa jadi Tempat Bentrok Uji Nyali Antara Muslim dan Pasukan Israel

Abadikini.com, YERUSALEM – Bentrok antara jamaah Muslim Palestina dengan pasukan Israel di kompleks Masjid al-Aqsa kembali menguatkan citra lokasi itu sebagai situs suci sekaligus situs adu nyali.

Jamaah Muslim yang hendak salat Idul Adha bentrok dengan pasukan polisi Zionis yang mengumbar tembakan gas air mata, granat setrum dan peluru karet.

Situs di kota Yerusalem itu memang menjadi tempat suci umat Islam dan Yahudi. Bagi umat Islam, tempat itu merupakan situs suci tempat berdirinya Masjid Al-Aqsa—kiblat pertama Muslim dan tempat Isra Mikraj Nabi Muhammad. Sedangkan bagi umat Yahudi itu, tempat itu dikenal sebagai Temple Mount.

Sehari sebelum bentrok pecah, pemerintah Palestina dan mufti Yerusalem menyerukan umat Islam salat Idul Adha di Majid al-Aqsa. Seruan itu dipicu ancaman kelompok garis keras Yahudi Israel yang akan menyerbu situs suci al-Aqsa untuk menandai Tisha Bav, sebuah peringatan umat Yahudi atas runtuhnya kuil suci di situs tersebut. Kebetulan, momen Idul Adha dan Tisha Bav sama-sama jatuh pada hari Minggu (11/8/2019) kemarin.

Petugas medis Palestina mengatakan setidaknya 14 orang telah terluka, dengan satu orang dalam kondisi serius, akibat bentrok. Sedangkan polisi Israel mengatakan empat petugas terluka. Saksi mata mengatakan dua orang ditangkap pasukan polisi Zionis.

Bentrokan kemarin merupakan kekerasan terburuk di situs suci al-Aqsa dalam beberapa bulan terakhir.

Bentrokan terjadi pada saat ketegangan yang meningkat antara Israel dan Palestina atau hanya beberapa hari setelah seorang tentara Israel tewas dengan banyak luka tusukan di selatan Yerusalem. Sehari sebelum bentrok, pasukan Israel juga menembak mati empat militan Palestina bersenapan serbu yang mencoba melintasi perbatasan Gaza.

Yordania, yang bertindak sebagai pemelihara situs suci al-Aqsa, menyalahkan Israel dalam bentrok kemarin. “Provokasi yang tidak bertanggung jawab,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Sufian al-Qudah, seperti dikutip The Guardian, Senin (12/8/2019).

Al-Qudah mengatakan, Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas kekerasan di kompleks Masjid Al-Aqsa.

Kompleks situs suti itu berada di Yerusalem timur, wilayah yang dicaplok Israel dalam perang 1967 bersama. Palestina merasa Yerusalem Timur, Tepi Barat dan Jalur Gaza adalah wilayah mereka. Namun, Israel memandang seluruh Yerusalem termasuk Yerusalem timur adalah ibu kotanya.

Ketegangan telah melonjak sejak keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada tahun 2017 untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota suci tersebut.

Proses perdamaian Israel-Palestina telah sekarat selama setidaknya satu dekade, dan Palestina telah memutuskan hubungan dengan pemerintahan Trump karena Gedung Putih dianggap lebih berpihak pada rezim Zionis dan tak layak jadi mediator perdamaian.

Dalam insiden terpisah pada hari Minggu, militer Israel mengakui telah membunuh seorang pria bersenjata Palestina setelah pria itu menembaki pasukan mereka dari seberang pagar di Jalur Gaza.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengidentifikasi pria yang dibunuh itu bernama Marwan Nasser, 26. Belum jelas apakah dia anggota kelompok bersenjata di Gaza atau bukan, dan tidak ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas aksinya.

Editor
Arkan AW

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker