Menlu Iran Javad Zarif Sebut Ada Kelompok yang Haus Perang
Abadikini.com, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Iranberkicau di Twitter bahwa ada kelompok orang yang haus akan perang dengan Iran dibanding diplomasi.
Kicauan Menlu Mohammad Javad Zarif diunggah setelah sanksi baru AS yang menargetkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan pejabat senior Garda Revolusi Iran.
Pada Senin, Donald Trump menandatangani pemimpin tertinggi dan pejabat senior Iran dengan sanksi baru yang akan memblokir akses keuangan mereka.
Sementara Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengatakan Menlu Zarif juga akan dikenakan sanksi akhir minggu ini, menurut laporan Reuters, 25 Juni 2019.
“@RealDonaldTrump 100% benar bahwa militer AS tidak memiliki bisnis di Teluk Persia. Penghapusan pasukannya sepenuhnya sejalan dengan kepentingan AS dan dunia. Tetapi sekarang jelas bahwa #B_Team tidak peduli dengan kepentingan AS — mereka membenci diplomasi, dan haus akan perang,” kicau Zarif.
.@realDonaldTrump is 100% right that the US military has no business in the Persian Gulf. Removal of its forces is fully in line with interests of US and the world. But it's now clear that the #B_Team is not concerned with US interests—they despise diplomacy, and thirst for war.
— Javad Zarif (@JZarif) June 24, 2019
Zarif pernah mengatakan bahwa apa yang disebut “tim-B” termasuk Penasihat Keamanan Nasional Trump John Bolton, penentang iran paling gigih, dan Perdana Menteri Israel yang konservatif Benjamin Netanyahu dapat membuat Trump terlibat dalam konflik dengan Teheran.
Sementara kantor berita Iran IRNA, seperti dikutip dari CNN, Tim B yang dimaksud Zarif adalah Penasihat Keamanan Nasional John Bolton, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Putra Mahkota Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada hari Senin bahwa Amerika Serikat sedang membangun koalisi dengan sekutunya untuk melindungi jalur pelayaran Teluk, menyusul serangan baru-baru ini pada kapal tanker minyak, yang diklaim AS dilakukan Iran.
Iran membantah terlibat dalam ledakan yang menghantam enam kapal, termasuk dua kapal tanker minyak Saudi, di dekat Selat Hormuz, di mana hampir seperlima pasokan minyak dunia melintas.
Pernyataan Menlu Iran tentang militer AS yang tidak memiliki urusan di Teluk tampaknya merujuk pada kicauan sebelumnya, di mana Donald Trump mengatakan negara-negara lain harus melindungi pengiriman minyak mereka sendiri di Timur Tengah daripada meminta Amerika Serikat melindungi mereka.