Ini Pesan Terakhir Bupati Ende Sebelum Meninggal

Abadikini.com, KUPANG – Sesaat sebelum meninggal dunia, Bupati Ende, Ir. Marselinus Y.W. Petu rupanya banyak bercerita tentang tekadnya menjadikan Ende lebih luas dikenal sebagai Kota Pancasila. Tekad besar itu diceritakan almarhum di kediaman kader PDIP Chen Abubakar di Jln. Kosasi Nomor 15, Kelurahan Bonipoi Kecamatan Kota Lama Kota Kupang.

Kepada media, Minggu (26/5/2019) di RS Siloam Kupang, Chen Abubakar mengurai kronologi saat almarhum tiba di kediamannya hingga jatuh akibat serangan jantung.

Chen mengatakan, Sabtu (25/5/2019) malam sekitar pukul 09.30 WITA, dia ditelpon almarhum yang tengah makan di Pasar Malam Kampung Solor. Lewat percakapan di telepon, almarhum berniat ke rumahnya yang jaraknya hanya 100 meter dari Pasar Malam Kampung Solor.

“Sekitar jam 11.30 malam, beliau bersama Ketua dan Wakil Ketua I DPRD Ende datang ke rumah dan nimbrung dalam diskusi. Kebetulan teman-teman dari PDIP termasuk Ibu Emi Nomleni sedang berdiskusi di rumah saya,” ujarnya.

Saat bercerita dengan Emi Nomleni dan pengurus dan kader PDIP, lanjut Chen, almarhum menitipkan dua hal tentang pembangunan di Kabupaten Ende, mengingat PDIP akan menempatkan kadernya sebagai Ketua DPRD NTT periode 2019-2024.

Pertama, almarhum minta dukungan soal rencana besar Pemerintah Kabupaten Ende membangun monumen Pancasila di atas Gunung Meja. Sebab menurut almarhum, Ende harus dikenal luas sebagai Kota Pancasila.

“Jadi sepanjang diskusi, beliau lebih banyak omong soal Pancasila. Beliau juga undang kami untuk hadir dalam perayaan Hari Pancasila di Ende. Kata beliau, acara tersebut akan dibuat meriah,” kata Chen.

Kedua, almarhum minta perhatian Pemerintah Provinsi NTT soal perbaikan ruas jalan provinsi di Kabupaten Ende. Sebab kata almarhum, ada satu ruas jalan provinsi di Ende yang panjangnya sekitar 12 kilometer, tidak pernah diperbaiki.

“Saya lupa jalan itu letaknya di mana. Hanya beliau bilang, jalan kabupaten sudah hotmix, tapi sampai di jalan provinsi, jalannya rusak. Beliau mengaku sudah ajukan ke Pemprov NTT, tapi tidak pernah terealisasi. Jadi kalau nanti kader PDIP jadi Ketua DPRD NTT, tolong ruas jalan itu diperhatikan,” terang Chen.

Dari zaman ke zaman belum pernah diperbaiki. Sudah diajukan tidak pernah ada anggara. Saat sedang bercerita, Chen menyebutkan, sekitar pukul 01.05 WITA, almarhum tiba-tiba jatuh. Kepalanya jatuh tepat di atas pangkuan Emi Nomleni. “Saat jatuh, beliau sementara duduk,” tandasnya.

Almarhum kemudian dilarikan ke rumah sakit dan tiba di Ruang IGD RS Siloam Kupang sekitar pukul 01.20 WITA. Setelah melakukan tindakan medis, sekitar pukul 02.17 WITA, dokter menyampaikan bahwa almarhum telah meninggal dunia.

“Beliau sempat tarik nafas panjang dua kali saat sampai di Siloam. Dokter bilang, nadi beliau sudah tidak berdetak sebelum sampai di IGD, tapi mereka masih berusaha melakukan tindakan medis selama satu jam,” ungkapnya.

Editor
Bobby Winata
Sumber Berita
kumparan

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker