Perang Dagang Meluas, Bursa Global Bertumbangan

Abadikini.com, JAKARTA – Perang Dagang yang dikobarkan Amerika Serikat meluas menjelang pemilu AS 2020. Selain Tiongkok, AS juga terlibat perang dagang dengan Kanada, Meksiko, Uni Eropa dan Jepang.

Presiden AS Donald Trump mengatakan AS telah menjadi korban praktik perdagangan yang tidak adil. Misi Trump adalah memperbaiki hubungan perdagangan AS sebelum Pemilu 2020.

Merealisasikan agenda perdagangan tanpa mengganggu perekonomian AS yang sedang bertumbuh adalah hal yang sulit. Trump masih mempertimbangkan apakah akan menerapkan tarif terhadap produk impor dari Tiongkok yang belum kena bea masuk senilai US$ 325 miliar. Trump juga ingin meratifikasi revisi North American Free Trade Agreement (NAFTA) tetapi sejumlah legislator ingin Trump mencabut tarif impor untuk besi dan aluminium dari Kanada dalam perjanjian tersebut.

Sebelumnya, dilansir CNBC, Trump sudah menerapkan bea masuk untuk impor besi dan aluminium dari Uni Eropa. Kini, Trump tengah mempertimbangkan apakah akan menerapkan bea masuk untuk mobil-mobil impor dari Eropa. Uni Eropa bisa melakukan aksi tarif balasan jika bea masuk mobil direalisasikan.

Menurut para ekonom, trade war AS-Tiongkok dapat menurunkan 0,5 persen PDB Tiongkok dan 0,25 persen PDB
AS dan memangkas PDB global 0,15 persen. Bursa global pun bereaksi negatif terhadap eskalasi perang dagang. Di bursa Asia pagi ini, Selasa (14/5/2019) indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,9 persen ke 20.999,8, indeks Topix Tokyo turun 0,98 persen ke 1.526, Hang Seng Hong Kong turun 1,75 persen ke 28.051,95, CSI 300 turun 0,31 persen ke 3.657,27, S&P/ASX 200 Australia turun 1,16 persen ke 6.224,7, Straits Times Index turun 0,95 persen ke 3.203,64.

Di penutupan Wall Street sebelumnya, Dow Jones Industrial Average turun 2,38 persen ke 25.324,99, S&P 500 turun 2,41 persen ke 2.811,87, Nasdaq turun 3,41 persen ke 7.647,02, NYSE turun 2,04 persen ke 12.526,71.

Negosiasi dengan Tiongkok
Tiongkok pada hari Senin (13/5/2019) menaikkan tarif impor hingga 25 persen terhadap impor dari AS senilai US$ 660 miliar. Tarif ini adalah balasan dari tarif AS. Pada Jumat (10/5/2019) Trump menaikkan tarif impor dari 10 persen menjadi 25 persen untuk produk dari Tiongkok. Sejauh ini, Trump sudah menerapkan tarif impor untuk produk Tiongkok senilai US$ 250 miliar, sementara Beijing membalas dengan menaikkan bea masuk untuk produk impor AS senilai US$ 110 miliar.

Konflik ini berpotensi memanas jika Trump memberlakukan tarif impor hingga 25 persen untuk produk impor dari Tiongkok yang belum kena pajak sebesar US$ 325 miliar.

Trump memperkirakan negosiasi perdagangan dengan Tiongkok dapat berlangsung hingga empat minnggu ke depan. “Kami akan kabari hasilnya dalam tiga-empat minggu ke depan jika sukses,” kata Trump, Senin (13/5/2019) waktu setempat.

Perang Dagang dengan Kanada dan Meksiko
Tahun lalu, Trump memberlakukan bea masuk sebesar 25 persen untuk impor besi dan 10 persen untuk aluminium dari Kanada dan Meksiko. Kedua negara tetangga AS itupun membalas.

Kanada menerapkan bea masuk untuk produk dari AS senilai US$ 12 miliar, termasuk wiski dan sirup maple. Meksiko juga menerapkan bea masuk untuk produk dari AS senilai US$ 3 miliar. AS dan Kanada dilaporkan mempertimbangkan tarif baru untuk menekan AS mencabut bea masuk besi dan aluminium.

Kongres AS dinilai lamban dalam mendorong ratifikasi revisi NAFTA, yang disindir Trump sebagai United States Mexico Canada Agreement. Ratifikasi diharapkan selesai sekitar bulan Juni ini.

Uni Eropa
AS dan UE masih terlibat dalam negosiasi perdagangan. Tahun lalu, AS menerapkan tarif impor untuk besi dan aluminium dari UE, sementara UE membalas dengan bea masuk untuk produk-produk dari AS senilai US$ 2,4 miliar, di antaranya wiski dan sepeda motor.

Pada 18 Mei nanti adalah tenggat waktu bagi Trump untuk memutuskan apakah akan menerapkan tarif impor untuk mobil-mobil dari Uni Eropa senilai US$ 53 miliar. Uni Eropa sudah menyiapkan tarif balasan jika Trump merealisasikan tarif impor tersebut.

Negosiasi AS dan UE tengah berlangsung tetapi perwakilan dagang UE mengatakan tidak mau bernegosiasi di bawah ancaman tarif.

Jepang dan Inggris
Gedung Putih berharap perjanjian perdagangan dengan Jepang berjalan sukses sehingga AS dapat meningkatkan ekspor produk agrikultur ke Jepang. Sementara Jepang berharap AS tidak jadi menerapkan bea masuk untuk mobil-mobil buatan Jepang.

AS mundur dari perjanjian perdagangan 12 negara Trans-Pacific Partnership setelah Trump menjabat sebagai presiden. Trump sendiri yang memimpin langsung negosiasi dengan Jepang.

AS juga berharap bisa menyelesaikan perjanjiann perdagangan baru dengan Inggris. Inggris menunda rencananya keluar dari UE yang tadinya diperkirakan terjadi akhir Maret lalu. Trump akan mengunjungi Inggris bulan depan dan membahas perjanjian perdagangan.

Editor
Irwansyah
Sumber Berita
CNBC

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker