Banyak Ormas, Orsos, Komunitas Hadiri Kenduri dan Orasi Kebudayaan KBRS

Abadikini.com, SURABAYA – Menapaki perjalanannya sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang kritis dan peduli terhadap persoalan kota, Keluarga Besar Rakyat Surabaya (KBRS), bertempat di Balai Pemuda Surabaya, menggelar acara kenduri dan orasi kebudayaan yang bertema “NoGo Suroboyo, Noto Njogo Suroboyo”.

Kegiatan ini dihadiri oleh tidak kurang dari 800 orang warga Surabaya yang terdiri dari koordinator kelurahan, koordinator kecamatan, ormas dan orsos yang ada di Surabaya dan Jatim, tokoh masyarakat dan budayawan serta muspida Surabaya.

Tampak hadir dari muspida, Dandim Surabaya Selatan, Letkol Alfian, perwakilan Polrestabes Surabaya, perwakilan Kajari Surabaya. Dari tokoh masyarakat dan budayawan terlihat tokoh senior Surabaya, Tjuk Kasturi Sukiadi, Semar Suwito, Susi Trisusanti, dan lain-lain.

Dari Ormas terlihat, Pagar Jati, LMPI, Laskar Garuda Nusantara, Cobra 08, Save Trowulan Mojokerto serta komunitas-komunitas kampung yang ada di Surabaya.

Acara yang dipandu oleh Agnes Santoso, presenter SBO TV berlangsung sangat meriah, ketika acara pembukaan baru dimulai, rombongan masyarakat Keputran Kejambon yang terdiri dari anak-anak, wanita dan pemuda berjumlah 300 orang, berjalan kaki sejauh 5 Km menuju lokasi.

Suasana terasa sangat heroik, apalagi ketika presenter cantik, Agnes menggeber suaranya dengan selamat datang kepada rombongan.

Pagelaran Kenduri dan Orasi Kebudayaan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk kembali menyatukan rasa masyarakat utamanya masyarakat Surabaya, setelah selama beberapa waktu terkontaminasi akibat kontraksi selama pelaksanaan pileg dan pilpres.

Menurut Nasir selaku Kepala KBRS, mengatakan bahwa, kita hadir sebagai mitra kritis pemerintah dalam menjahit rasa keIndonesiaan kita kalau boleh juga dibilang sebagai rasa keSurabayaan kita. Rasa yang peduli, semangat gotong royong yang sudah mulai tergerus ditengah gaya dan pola hidup yang serba kapitalis.

“Sebagai keluarga, saya ingin mengajak semua komponen masyarakat untuk menyatukan kembali rasa kita, sehingga muncul semangat peduli dan memiliki kota ini,” tutur Nasir. Sabtu, (04/5/2019).

Senada dengan Nasir, Tokoh Senior Tjuk Kasturi Sukiadi, Surabaya adalah kota bersejarah, kota yang masyarakatnya apa adanya. Jujur, berani dan terbuka, dan inilah sejatinya yang ditunjukkan malam ini oleh KBRS, menjadi mitra kritis pemerintah dalam mengawal pembangunan kota.

“Surabaya dikenal sebagai kota yang berani dan jujur, bagaimana arek-arek Suroboyo melawan penjajah Belanda, ya beginilah arek arek Suroboyo itu, seperti yang terpotret di KBRS,” bebernya.

Begitu juga dengan Letkol Alfian selaku Dandim Surabaya Selatan, ia merasa bangga dengan semangat warga Surabaya yang peduli dan merasa memiliki kotanya.

“Saya mengajak kepada semua yang hadir dan warga kota untuk tetap mengedepankan sikap jujur dan terbuka,” ajaknya.

Ia mengilustrasikan, ketika arek-arek Suroboyo bertempur melawan penjajah saat peristiwa 10 November 1945. Semangat juang inilah yang mampu mengusir penjajah.

Ketika menutup orasinya, Alfian memekikkan teriakan merdeka, merdeka, dan dijawab oleh peserta dengan teriakan merdeka.

Lalu, Letkol Alfian meneriakkan kata Surabaya, dijawab oleh peserta ”wani“, dan Alfian meneriakkan kata ”KBRS“, dijawab peserta ”Guyub”.

Sementara itu, Nanang Purwono sebagai wartawan dan pegiat kebudayaan didapuk untuk memberikan orasinya. Nanang membedah filosofi kata Nogo Suroboyo dengan apiknya.

Nogo adalah lambang kekuatan dan kemudaian direpresentasikan sebagai kekuatan noto njogo Suroboyo. Nah ini menunjukkan bahwa ada modal kekuatan yang dimiliki. Oleh warga Surabaya, yaitu satu-satunya kota pahlawan di dunia.

“Ayo dengan modal ini, kita jadikan masyarakat sebagai pengawal untuk membangun kota Surabaya yang beradab, menghargai para pendahulu dan para pahlwan, serta memanusiakan warganya,” pintanya.

Dalam orasi Nanang, ia berharap kepada Pemerintah Kota Surabaya untuk menghentikan komersialisasi balai pemuda sebagai oase kebudayaan Surabaya. ”Stop Komersialisasi Balai Pemuda, biarlah tempat ini menjadi oase berkebudayaan masyarakat,” tegasnya.

Wuni perwakilan Save Trowulan dan Semar Suwito yang juga perwakilan budayawan menyampaikan, hal yang senada tentang menjaga marwah kota Surabaya. Keberanian dan kejujuran adalah modal dasar menjadi bangsa yang besar.

Perlu diketahui, Sebagai acara yang berlangsung sejak pukul 16.00 s/d 22.00 WIB ini diisi dengan kegiatan kesenian seperti tari Bedhoyo Mojo Kirono, oleh Gito Maron.

Permainan biola oleh biolist cilik Surabaya, pembacaan doa dan puisi oleh anak-anak Surabaya, dan hiburan band K21 Project serta beberapa musisi jalanan kota Surabaya.

Terakhir, juga dibacakan deklarasi KBRS sebagai mitra kritis pemerintah dalam membangun kota serta menjadi wadah alternatif warga untuk menyampaikan aspirasinya. (ari)

Editor
Hendra Jayadi
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker