Sosok Alm Cak Didit di Mata Keluarga dan Rekan-rekan Sesama Aktivis KB PII Jawa Timur

Abadikini.com, SURABAYA – Keluarga Besar Pelajar Islam (KB PII) Jawa Timur kehilangan salah seorang mantan aktivisnya, Ridjal Hadi Anwari, yang akrab dipanggil Cak Didit,  pada hari Rabu (27/2/2019) jam 22.00 wib dan dimakamkan hari Kamis kemarin jam 8.00 pagi di makam Pulo Wonokromo, Surabaya.

Cak Didit yang kelahiran 9 Mei 1954 itu, berpulang dengan tenang di rumah kediamannya di Wonokromo 4/10.

Khalid Quthub Putra kedua Alm menuturkan, usai shalat isya’ seperti biasa, Abah tadarrus Alquran, saya diminta duduk di sampingnya sambil mendengarkan,  kemudian makan malam dan sempat  ke toilet.  Keluar dari kamar madi itu bliau merasa kedinginan, agak menggigil. “Setelah itu beliau duduk di kursi, dan tak lama kemudian saya saksikan  Abah menghembuskan nafas terakhirnya dengan posisi tangan menyilang setengah berdekap”, tutur putra Quthub kepada Abadikini.com, Jumat (1/3/2019).

Lebih lanjut ia menerangkan, ada kemungkinan gangguan kesehatan? “Abah pernah dirawat di rumah sakit karena gangguan jantung” , imbuh Kholid.

Diketahui, Cak Didit meninggalkan seorang isteri, Yunizar, tiga orang putra, Hakim Ahmadi, Kholid Quthub serta Sayaf Yar, serta dua orang cucu, yang laki- laki Assyithar Belva Alqisthi dan yang perempuan Gwen Syarifa Rafani.

Pak Chairul Djaelani baju biru tengah, bersama anggota KB-PII Jatim di sela-bertakziah di Wonokromo/Istimewa/Abadikini

Di mata rekan- rekan sesama alumni PII, Cak Didit adalah seorang yang sangat aktif. “Almarhum melalui jenjang training PII hingga henjang tertinggi yakni Advance Training, setelah melampaui  gemblengan Mental Training dan Basic Training. Dan mencurahkan banyak waktunya di Brigade PII (pasukan khusus PII, red.)”, ujar Chairul Djaelani, mantan Ketua PII Cabang Surabaya Selatan, yang juga pernah menjabat sebagai Komisarus Utama Bank Jatim, ketika mengantar almarhum ke tempat peristirahatan terakhir bersama para eksponen KB-PII seperti A. Busyairi Mansyur, Adil M. Mastjik, Ainur Rofiq Sofyan, Hari Astuti, dll.

Hadir juga Tom Mas’udi yang merasa sangat bersyukur berkesempatan memberi penghormatan terakhir kepada almarhum. “Sebagai junior, saya banyak mendapat banyak pelajaran dan hikmah dari almarhum sebagaimana yang disampaikan putranya bahwa almarhum adalah orang yangvtegas dalam prinsip dan aqidah, berjiwa sosial sangat tinggi yang tidak lepas dari Qur’an dan tasbih di tempat tidurnya, dan senantiasa meluangkan rizki untuk bersedekah dalam kondisi lapang maupun sempit’, kata Tom yang juga Caleg dari PBB untuk dapil 3 Surabaya Timur.

Sebagai tambahan, sebagai aktifis Brigade almarhum cak Didit dikenal mempunyai kemampuan olah kanuragan mumpuni. Dia menguasai belavdiri Shantung, dipadu dengan ilmu silat dari Banten. Dia juga dekat dengan almarhum  Gus Maksum Lirboyo yang terkenal sakti, karena mereka berdua aktif di FAK ( Front Anti Komunis).

Editor
Muhammad Saleh
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker